CHAPTER 13

56.9K 2.9K 59
                                    

Ditengah perjalanan, tiba-tiba, "Awsh.." ringis Viona seraya memegangi kakinya yang lecet akibat high heelsnya sendiri.

Lionel ikut berhenti melangkah, "Kenapa?"

"Kaki aku lecet, kak!" Sahutnya sembari melepas high heelsnya sebelah dan menentengnya.

"Sakit?" Tanya Lionel.

Viona memandang Lionel sendu, "Kamu nanyea?" Decih Viona kesal. Sudah tahu tadi Viona meringis kesakitan, eh Lionel malah bertanya hal yang sudah pasti dia tahu jawabannya.

"Vio!"

"Sakit lah, kak!" Dengus Viona mengusap-usap luka lecetnya yang sedikit mengeluarkan darah segar.

Lionel menahan sebelah tangan Viona yang mengusap-usap luka lecetnya itu, "Jangan diusap, nanti malah semakin keluar darahnya!" Ujarnya memberi tahu.

"Masih bisa jalan, kan?" Timpalnya memastikan.

Viona mencoba berjalan. Baru satu kali melangkah kakinya sudah terasa perih, yang membuat dirinya harus berjalan tertatih-tatih.

"Mau saya bantu?" Tanyanya yang melihat Viona kesusahan untuk berjalan.

Viona mengangguk. Lionel menarik satu tangan Viona dan menaruhnya diatas punggungnya. Satu tangannya lagi ia gunakan untuk memegangi pinggang langsing Viona. Hobi sekali memegangi pinggang Viona.

Tidak sabar dengan jalan Viona yang terlalu lambat, berbanding jauh dengan jalan dirinya. Lionel memutuskan untuk menggendong Viona ala bridal style tanpa izin maupun aba-aba terlebih dahulu.

Membuat Viona membulatkan matanya, kaget. "Ehhh, kakak! Kebiasaan deh!" Omelnya sembari mengalungkan kedua tangannya dileher Lionel.

"Lama, Vio!" Decih Lionel, "Saya gasabaran!" Timpalnya menggendong Viona tanpa beban. Enteng rasanya, seperti gendong anak kucing katanya.

"AAAA KAKAK JANGAN LARI!" pekik Viona menyembunyikan wajahnya diceruk leher Lionel saat dengan sengaja Lionel mencepatkan langkahnya.

"HAHAHAHA." Tawa mereka menghiasi sepanjang perjalanan di ruangan yang bernuansa sedikit gelap ini.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang yang melihat interaksi mereka berdua dari kejauhan. Terpampang jelas raut wajah kesalnya dengan tangan yang sudah tergenggam erat. Bersiap untuk memukul.

"Want to play with me, Viona?" Ucapnya tersenyum smirk. "Lionel is mine, not yours."

*****

Mereka berdua tiba dimansion pukul setengah satu malam, acara birthday party itu berjalan sekitar 4 jam. Orang-orang rumah pasti sudah tertidur, bahkan sudah sampai dimimpinya.

Bukannya pergi ke kamarnya masing-masing untuk tidur, mereka berdua malah memutuskan untuk berduduk santai di depan televisi sembari memejamkan matanya. Terlihat lelah sekali keduanya.

"Kak." Panggilnya memecahkan keheningan.

"Kak!" Panggilnya sekali lagi, karena tidak mendapatkan jawaban dari sang empu.

"Kenapa, Vio?" Sahutnya sangattt lembut dengan mata yang masih terpejam, membuat orang yang mendengarnya seakan-akan terhipnotis serta ingin melayang ke luar angkasa.

"A-aku boleh minta sesuatu ga?" Ucapnya sedikit ragu dengan menggigit bibir bawahnya.

Mendengar perkataan itu, Lionel mengubah posisi duduknya menjadi miring kearah Viona, dengan kedua tangan yang dilipat didepan dada. Kalau sudah seperti ini, pasti arah pembicaraannya akan beralih keserius, pikirnya. "Boleh."

MY BABY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang