DISTRUTTO || 09

110 25 4
                                    

HAPPY READING 🤍

"Setiap orang memang pasti ada baik dan buruknya, namun kenapa mereka semenyakitkan ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setiap orang memang pasti ada baik dan buruknya, namun kenapa mereka semenyakitkan ini?"

-DISTRUTTO-

Ditengah gelapnya langit malam, sejak tadi Sandra menatap langit itu dengan air mata yang tidak ada hentinya. "Bu, Sandra kangen," kelimat yang sejak tadi tidak henti terucap dari bibir mungilnya itu, udara dingin ditengah malam pun tidak dia hiraukan.

"Ibu, kalau hidup seberat ini, kenapa Ibu nggak ngajak Sandra?"

Lagi dan lagi, air matanya mengalir terus-menerus di pipi miliknya. Sesekali Sandra memandang foto yang sejak tadi dia genggam, satu foto yang berhasil dia selamatkan dari Mamanya itu, walaupun sekarang sebagiannya sudah terbakar.

Hingga lamunnya tersadar ketika sebuah suara menyebutnya berulang kali dari bawah, ya benar jika kalian berpikir Sandra sekarang berada di atap rumahnya.

Karena menurutnya, hanya bagian ini saja yang tenang dan nyaman di keadaan seperti ini.

"SANDRAAA"

"LO DI MANA SI?!!!"

Bergegas Sandra langsung turu melalu jalan rahasianya, di mana dia akan tiba di balkon kamarnya. Sesampainya di balkon, Sandra langsung memakaikan earphone pada teling miliknya dan menatap jalanan komplek rumahnya dengan seksama.

Sehingga tidak lama dari itu, seseorang mengambil salah satu earphone dari telinganya. Membuat Sandra membalikan tubuhnya seratus delapan puluh drajat. "LO DENGER NGGAK SI GUE PANGGIL-PANGGIL?" Katanya, yang membuat Sandra dengan polos mengelengkan kepalanya beberapa kali.

Sangat terlihat dari Indra penglihatan Sandra, jika seseorang yang sangat dia kenali sebagai kakak tiri ini geram terhadap jawabannya. Namun, Sandra tidak menghiraukan perilakunya. "Kenapa kak?" tanya Sandra.

"Lo dicariin Ayah—-" belum juga selesai, Sandra langsung memotong ucapan kakak tirinya itu. "AYAH PULANG???" tanya Sandra, dengan raut wajah yang sangat ceria, sangat berbeda dari beberapa detik yang lalu.

"Iya, lo ke bawah sekarang dan kalau lo mau aman, jangan pernah ngadu perihal apapun sama Ayah," katanya lalu pergi begitu saja meninggalkan Sandra.

Sandra yang paham akan perkataan dari kakaknya itu hanya terdiam, lalu dia menghembuskan napasnya oke San, lo bisa melakukan drama ini lagi Batinnya.

Langkahan tungkainya di tangga, membuat ketiga orang yang sedang bercengkrama itu menoleh secara bersamaan. Entah perasaannya harus senang atau sedih, melihat Ayahnya sangat akrab kepada kedua orang tersebut.

Memang benar jika keduanya sudah menjadi bagian keluarganya, namun masih sangat berat rasanya jika mengingat perilaku meraka juga yang menyakitinya. Tetapi Sandra menyadari jika ini pun termasuk kesalahnya, kedepannya yang selalu tutup mulut dan ikut akan drama ini.

Namun, jika dirinya mengatakan pun dia yakin, Ayahnya tidak akan percaya dengan apa yang Sandra ucapkan nantinya. Karena di mata Ayahnya, kedua orang yang menurut Sandra asing dan menyakitkan sekaligus, orang yang sangat baik dan sayang pada Sandra.

"Sandra cepat sini," ucap Mamahnya yang membuat Sandra tersenyum tipis dan berkata, "Iya Mah."

Sesampainya dia di meja makan, Sandra menarik kursi yang berada dekat dengan Ayahnya. "Ayah ko pulang nggak bilang-bilang," rengek gadis itu ketika sudah mendudukkan bokongnya di kursi dekat dengan Ayahnya.

Lelaki yang kerap dipanggil dengan sebutan Ayah oleh Sandra itu langsung menatapnya dengan seksama. "Lain kali, ponsel itu aktifin. Jangan minta dihubungin, tapi ponselnya selalu nggak aktif," jelas Ayahnya yang membuat Sandra tertawa ringan, pasalnya dia baru ingat jika akhir-akhir ini dirinya seringkali meng-nonaktifkan ponsel miliknya.

"Sandra emang suka begitu mas, sering banget aku hubungin tapi nggak bisa. Tapi wajar ajah si, aku denger dari Arsya sekarang kelas sepuluh lagi sibuk untuk seleksi masuk eskul," sambung mamahnya yang membuat Sandra terdiam seketika, entah apa yang harus dilakukan saat ini.

Lagi dan lagi semuanya harus dia laluin dengan pembohongan ini, andai kenyataannya seperti ini, Mamahnya seperhatian itu padanya, tetapi itu hanya mimpi rasanya.

Karena dia mengingat betul, pasti sebelum kepulangan Ayahnya, mamahnya sudah merencanakan drama seolah-olah memang tidak terjadi apapun.

"Oiya, Arsya gimana Sandra di sekolah?" tatapan Ayahnya yang mendalam, membuatnya ingat tatapan hangat itu hanya diberikan kepadanya dan juga Ibunya.

Namun saat ini tidak lagi, tatapan itu sudah terbagi dengan orang lain, keluarga yang terasa sangat asing bagi Sandra. Orang-orang yang selalu membuat Sandra ketika menatap langit ingin memeluknya, namun dia sadar, langit hanya bisa ditatap dan dirasakan ketenangannya, tidak dengan pelukan.

"Aku denger Sandra daftar ke eskul Paskibra yah, itu bagus banget untuk Sandra. Apa lagi Sandra begitu manja, jadi terlatih bukan?" jelas kakak tirinya, yang tidak lain dan tidak bukan Arsya.

Lelaki itu langsung mengalihkan pandangannya kepada Sandra yang sejak tadi fokus pada makanannya. "Benar kamu daftar eskul Paskibra?" Sandra yang mendengar pertanyaan tersebut langsung mengambil segelas air putih yang sudah berada tidak jauh dari dirinya, dan menenguk minum tersebut dengan cepat.

Lalu dia hanya membalas pertanyaan itu dengan deretan gigi yang dia tunjukan ke Ayahnya sembari mengangukan kepala milikinya beberapa kali.

Ketika melihatkan tatapan ayahnya Sandra mengatakan, "Boleh ya yah?? Aku pengen banget coba hal baru—-" Sandra sebisa mungkin memperlihatkan ekspresi wajah yang sangat mengemaskan, pasalnya salah dirinya juga karena tidak mengatakan perihal ini kepada Ayahnya terlebih dahulu. "—-Rosa juga ikut ko," kelimat paling ampuh itu terucap kembali dari Sandra.

Karena Sandra sangat paham, sebegitu percayanya, ayahnya itu kepada Rosa. Karena sejak SMP hanya Rosa lah yang selalu menemani Sandra, walaupun sendari dulu Sandra terbilang termasuk memiliki banyak teman.

"Oke, tapi ingat harus balance antara eskul dan sekolah. Apa yang kamu pilih sekarang, akan menjadi tangung jawab kamu kedepannya," kalimat singkat itu sering kali terdengar ditelinga Sandra yang terucap dari Ayahnya.

Ayahnya selalu memberi pilihan, namun pilihan itu menurut ayahnya harus dipikirkan secara Mateng-Mateng. Karena menurutnya, ketika kita sudah menjalankan jangan pernah untuk berhenti ataupun mudah melepaskan.

Mendengar jawaban ayahnya, dengan cepat Sandra memeluk ayahnya itu dan mengatakan, "Makasih Ayah!" Lalu Sandra melepas peluknya, dan cup! Dia mencium Ayahnya dengan cepat.

Melihat perilaku Putrinya yang menggemaskan itu, ayahnya hanya tersenyum dan mengusap bagian rambut Sandra. "Yaudah kalau udah selesai makannya, lanjut belajar gih, kata Arsya tadi kamu lagi belajar." Sandra langsung mengalihkan pandangannya itu kepada Arsya, dan padangannya tersebut hanya dibalas dengan senyuman bibir yang ditarik oleh bibir bagian kanan.

Sandra beranjak dari duduknya. "Aku ke kamar dulu ya ayah," katanya lalu diangguki oleh Ayahnya.

Sandra langsung berjalan ke arah tangga, dirinya menaiki anak tangga satu-persatu, sembari mendengarkan candaan mereka yang masi lanjut di meja makan, entah kali ini senang atau sedih yang harus dia rasakan? Kata orang lain, kita harus membuka pintu untuk orang baru agar kita tidak lagi merasakan sakit.

Namun nyatanya? Orang baru lah yang membuatnya sesakit ini, rasa kehilangan saja rasanya tidak cukup untuk semesta memberikan luka, makanya hadir mereka yang menambahkan luka tersebut.

Andai Ayah tau, mereka itu dua orang batin Sandra.

THANK YOU FOR READING 🤍
SEE U NEXT CHPTR🤍

Akun instagram : Veraasy & Coretanraraa
Akun tiktok : Veraasyy

DISTRUTTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang