DISTRUTTO || 10

108 18 0
                                    

HAPPY READING 🤍

"Terlalu banyak kata ngga papa yang terucap, sampai akhirnya kenapa-napa."
-DISTRUTTO-

Dari hari sebelumnya, mungkin pagi kali ini terasa jauh lebih berbeda. pagi ini Ayahnya masuk ke dalam kamar miliknya sembari membawa tampah yang di atas tampah itu berisikan segelas susu dan juga sandwich yang terletak di atas piring samping susu.

Sandra yang masih dalam keadaan setengah sadar itu dapat menangkap perawakan Ayahnya yang kali ini sedang ke arah jendela milik kamarnya. "Kalau pagi itu dibuka jendelanya cantik, biar seger ada udara masuk,"katanya yang membuat Sandra tersenyum.

"Ayah abis salah makan?" Sandra beranjak dari duduknya, dia berjalan ke arah meja belajar yang sudah terdapat sebuah sarapan yang sejak dia bangun tidur telah menarik perhatiannya.

Terdengar suara tawa yang membuaat Sandra menoleh ke arah Ayahnya yang kali ini sedang berjalan menghampirinya. "Ih ko Ayah ketawa si?" rengeknya.

"Lagian kamu aneh, biasanya juga Ayah begini kan?"

"Iya, Tapi itu dulu." Ayah yang mendengar hal itu pun langsung menatap putrinya, namun tidak lama dari itu Dia mengacak sedikit rambut Sandra. "Maaf ya, Ayah jarang di rumah," ucapnya yang hanya dibales dengan senyuman oleh Sandra.

"Ya udah, mandi dulu sana nanti Ayah antar ke sekolah." Bersamaan dengan perkataan tersebut, sebuah kecupan mendarat tepat di kepalanya, Lalu setelah itu Ayahnya beranjak pergi keluar dari kamar miliknya.

Setelah tubuh kekar itu tidak terlihat lagi diindra penglihatan Sandra, matanya langsung beralih pada sarapan yang dibawakan oleh Ayahnya itu. "Ayah makasih," ucapnya.

"SAMA-SAMA CANTIK--" teriakan dari depan kamarnya itu berhasil membuat Sandra terkejut, wajahnya sudah tertuju pada sosok seseorag pemilik tubuh kekar,  yang sudah berada di ambang pintu kamarnya saat ini. "--sana mandi, nanti telat loh," lanjutnya yang dengan cepat Sandra balas dengan acungan ibu jari miliknya.

Setelah itu, Sandra beranjak dari tempat tidur miliknya dan mulai bersiap-siap untuk ke sekolah.

Sedangkan di sisi lain, Rosa yang berada di meja makan tidak ada hentinya merajuk kepada papahnya. Pasalnya paha bagian atas yang sudah dia hak milik itu diambil oleh Papahnya. "Papah sih, liat noh muka anaknya," ucap Renata yang tidak lain dan tidak bukan Mamahnya Rosa itu kepada Dion--Papahnya Rosa.

"Siapa cepat dia dapat," ledek Dion yang mengetahui anaknya itu sudah kesal padanya.

Rosa yang sejak tadi sudah hilang selera makan itu beranjak dari kursinya dan mengatakan, "Rosa mau ke sekolah sekarang ajah, mau nyari ayam di kantin." Rosa berjalan meninggalkan meja makan, namun tidak lama dari itu dia membalikan tubuhnya. "Papah sebagai ganti ambil ayam rosa, Beliin Rosa Novel tiga," ucapnya lalu lari sebelum diteriaki oleh mamahnya itu.

Pasalnya, mamahnya sudah amat sangat menentang untuk Rosa membeli novel lagi. katanya, untuk apa membeli buku seperti itu terus. dibaca pun hanya sekali, entah mengapa Mamahnya bisa berpikir seperti itu. apa Mamah Rosa saja yang memiliki pemikiran seperti itu?

Kali ini, sepanjang jalan Sandra menampilikan bulan sabit pada wajah miliknya, karena kali ini mungkin dapat dikatakan pertaman kalinya Ayahanya mengantar dirinya ke sekolah barunya. "Ayah puter lagu ya!" serunya dengan semangat dan dengan cepat memutar sebulah lagu tidak ada hentinya sepanjang jalan Sandra bernyanyi.

Hingga akhirnya mereka sampai tempat di depan pagar sekolah SMA Pelita Bangsa, Ayahnya menghentikan mobilnya. "Ya udah Sandra masuk dulu ya, yah." dengan cepat Sandra mencium tangan Ayahnya, lalu pergi keluar dari Mobil.

DISTRUTTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang