***
yaAllah... ganteng banget :(
[]
Juli keluar kamar dengan langkah pelan. Saat ia membuka mata, Caka sudah tak ada di sampingnya yang kemudian ia tau, kalau laki-laki itu sedang memasak sesuatu sebab hidungnya bisa membaui harum mentega dari arah dapur.
Sesampainya di dapur, Caka terlihat sibuk di depan kompor. Punggung laki-laki itu bergerak samar, mengikuti alunan lagu yang diputar dari speaker bervolume rendah.
Melihat sosok Caka membuat perasaan Juli menjadi tak karuan. Kepala perempuan itu mendadak berat dan ia butuh menghela napas berkali-kali untuk sedikit menghilangkan perasaan aneh yang bersemayam di dadanya.
Juli merasa begitu bukan tanpa sebab, dan sebetulnya, ini bukanlah kali pertama.
Sebelum keluar kamar, Juli mendapati sebuah undangan cantik yang tergeletak di atas nakas, di samping tempat tidur. Usai membaca detail yang tertera di undangan tersebut, Juli tau kalau undangan itu berasal dari salah satu teman kantor Caka yang akan melangsungkan pernikahan satu minggu lagi.
Juli merasa bersalah pada laki-laki itu.
Setelah menghela napas panjang, dan memastikan senyumnya terlihat natural, Juli berjalan menghampiri Caka. Ia meletakkan dagunya di atas bahu laki-laki itu dengan susah payah—tubuh Caka yang tinggi membuat Juli harus berjinjit, walau pun sebenarnya Juli sudah terbilang cukup tinggi.
"Hai," sapa Caka lengkap dengan senyum yang sampai ke mata. Ia terkekeh saat tau kalau Juli kesusahan dengan perbedaan tinggi mereka hingga Caka memutuskan untuk merendahkan badan, supaya Juli lebih leluasa meletakkan dagu di atas bahunya. "Mau langsung sarapan?"
Juli mengangguk lalu duduk di salah satu kursi sementara Caka masih meletakkan roti bakar yang tadi dibuatnya ke atas piring sebelum akhirnya ikut duduk berhadapan dengan Juli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala Untuk Juli [✔]
Ficção Geral[SELESAI] [spin-off 'Double Kill'-'Just Us 2'] *** Juli kerap mendengar orang-orang mengatakan hidupnya sempurna. Wajahnya cantik, karirnya bagus, dan punya pacar tampan dengan usia hubungan yang tidak sebentar. Tidak mau munafik, Juli tak pernah me...