23 - when will i be alright

521 93 17
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[]

Lo dikelilingi orang baik.

Kalimat yang diucapkan Isti itu kembali terngiang dalam kepala Juli ketika ia melihat teman-temannya datang ke rumah. Bagi Juli, kedatangan Caka di tengah malam setelah pekerjaannya selesai (atau mungkin belum? Juli tidak tau, sebab Caka seolah sengaja menghindari topik itu) sudah berarti banyak. Namun ternyata dia masih mendapatkan yang lebih dari itu.

Caka tidak membahas apa-apa soal kedatangan teman-temannya ke Surabaya. Melihat ekspresi Caka yang sama sekali tidak terkejut, sepertinya Caka sudah tau dari awal.

Bola mata Juli berkaca-kaca ketika melihat Arsa, Agni, juga Shakila berjalan dengan langkah terburu-buru ke arahnya yang menunggu di teras rumah, disusul Haikal, Jevan, dan Juna di belakang.

Arsa menjadi orang pertama yang meraih Juli ke dalam pelukan. Tangis Arsa pecah di sana, sampai tak sanggup mengucapkan sepatah kata.

"Juli... kenapa lo nggak hubungin gue? Kenapa lo berangkat sendiri?" setelah bisa mengkondisikan diri, Arsa bertanya sambil merenggangkan pelukan. "Maafin gue, Jul."

Juli menggeleng, mengusap punggung Arsa pelan. "Bukan salah siapa-siapa, Sa. Makasih ya udah dateng ke sini."

Arsa masih menangis sesenggukan tapi dia sadar kalau dia tidak datang ke sini sendirian dan masih ada banyak sekali yang ingin bertemu dengan Juli, Arsa menggeser posisi.

"Shakila adik aku," sapa Juli pada Shakila yang ternyata sudah beberapa kali mengusap air mata. Shakila memeluk Juli erat. Perempuan itu tidak mengucapkan apa-apa, dia hanya terus memeluk Juli erat–erat sekali.

"Mbak Juli..."

"Iya, Sayang," Juli membantu mengusap air mata Shakila. "Mbak Juli nggak apa-apa. Udahan ya nangisnya, nanti Mbak Juli ikutan nangis."

Shakila tidak menjawab. Dadanya semakin sesak melihat Juli yang masih tersenyum menyambutnya. Dia pernah ada di posisi Juli–kehilangan seorang Ayah. Shakila tahu betul bagaimana rasanya.

Cakrawala Untuk Juli [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang