3 "Saksi"

192 10 0
                                    

Adine duduk di deretan kursi besi didepan apotik. Menunggu nama Ayahnya dipanggil. Sejak tiga bulan yang lalu ayah didiagnosis mengidap penyakit jantung. Jantung ayah mengalami pembengkakkan sehingga harus dirawat dirumah sakit. Beruntungnya sekarang ayah tinggal rawat jalan, jadi setiap kali obat ayah habis, Adine akan mengantar ayahnya ke rumah sakit untuk cek kondisi jantung ayah.

Sambil menunggu obat datang, jujur, menunggu obat itu hal paling membosankan karena sangat lama mengantre. Apalagi kalau obatnya sedang tidak tersedia, Adine harus beralih apotek lalu mengantre lagi. Adine bisa saja menggunakan privilege karena posisi ayahnya yang kenal dengan kepala rumah sakit ini, jadi bisa saja ia didahulukan. Tapi, ayahnya selalu berpesan begini 'jangan mengambil hak orang lain'.
Adine paham, sebagai pensiunan hakim, ayahnya sangat menjunjung tinggi hak dan kewajiban, jadi berdebat soal ini dengan ayahnya jelas Adine tidak akan menang. Itulah kenapa Adine tidak pernah secara terang-terangan menggunakan privilege soal apapun.

Fara Calling...

"Halo"

"Gila! lo kapan kesini, lama banget"

"Lagi antre obat"

"Gue pusing, Pak Gunawan tuh kenapa sih, gue udah bilang kalau dia beli perusahaan buat dimerger sama perusahaannya dia harus bener-bener dipikirin dulu, keadaan perusahaannya lagi ga stabil tapi dia obses pengen gedein perusahaan, sekarang udah gak bisa ketolong lagi, ampun, gue pusing" sewot Fara disebrang telpon

Adine hanya diam tanpa ekspresi saat mendengar cerita Fara. Bisa Adine bayangkan bagaimana ekspresi Fara yang kesal dengan mata yang diputar sambil menahan nafas.

"Yaudah lo gak perlu pusing biarin aja" kata Adine gak kalah sewot.

"Ya tapi nanti nyusahin gue Elmeira, goblok parah gue kesel" marah Fara.

"Ya lo marah sama Pak Gunawan lah kok ke gue" sewot Adine. Sekarang orang disekeliling Adine melihat kearahnya dengan tatapan heran karena suara Adine yang benar-benar sewot meskipun suaranya tidak terlalu tinggi.

"Gue cuma....." Ucapan Fara terhenti karena berbarengan dengan dipanggilnya ayah Adine.

"Pak Arga Bhagawata" panggilan dari Apoteker memanggil nama ayah Adine. Oh! jika kalian penasaran, ayah Adine sudah pulang ke rumah, jadi Adine sendiri menunggu obat, sehabis ini ia akan mengantarkan obatnya ke rumah lalu setelahnya ia akan kembali ke kantor.

"Nama bokap gue udah dipanggil" kata Adine lalu menutup telpon tanpa peduli kondisi Fara yang masih berbicara.

Adine menghampiri apoteker tersebut dan mendengarkan penjelasan singkat yang sebenarnya sudah Adine hapal. Setelahnya Adine cepat-cepat pulang.

***

Pukul 15.25 Adine baru sampai di kantor lagi, perjalanan lumayan lancar meskipun hujan. Adine jadi harus basah-basahan dari tempat parkir karena ia tidak kebagian parkir di basemen.

"Akhirnya lo balik" kata Fara saat Adine baru saja duduk di kursinya.

"Kenapa lo basah begini" komentar Fara.

"Lo mikir aja, begitu aja nanya" kata Adine sinis.

"Kan lo punya payung cong, dari cowok bogor ituu" kata Fara.

"Udah gue balikin" jawab Adine.

Fara yang mendengar itu segera buru-buru duduk di kursi depan meja Adine. Wajahnya sangat excited.

The Truth in Life (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang