Adine menatap Darren lama. Sekitar lima menit ia hanya melihat bagian dada Darren yang kembang-kempis. Bagian ini Adine merasa tenang karena Darren masih bernafas. Kemudian Adine memeriksa kening Darren karena ditakutkan terjadi demam, tapi tidak, badannya tidak panas, bibirnya juga tidak membiru, wajahnya tidak kuning.
Adine menghela nafas lega.
"Ren, bangun" kata Adine. Tangannya menepuk lengan atas Darren pelan. Apakah akan ada respon atau tidak.
"Darren..." Kata Adine lagi masih dengan posisi yang sama.
Darren tidak bergerak. Adine harus apa? Ia harus pulang karena ini sudah pukul 00.37 dini hari. Kalau Ayahnya tahu Adine tidak pulang nanti bagaimana? Adine harus pulang tapi meninggalkan orang pingsan bukan pilihan bijaksana.
Adine bergelut dengan pikirannya sendiri. Pada akhirnya Adine hanya mentap Darren dengan posisi duduk dibawah sofa yang Darren tiduri. Tangan kirinya menopang pipi sebelah kiri. Matanya menatap Darren, berharap Darren bangun.
Lama menatap, matanya kian lelah. Adine bahkan sudah tidak bertenaga mengecek jam. Matanya menutup lalu terbuka perlahan. Menutup-terbuka. Bisa kalian tahu Adine sengantuk apa? Adine saja lupa ia belum mandi. Pertahanannya runtuh, kepalanya ambruk disisi sofa yang tidak ada bagian tubuh Darren. Matanya terpejam, sudah tidak bisa ditahan lagi. Adine tertidur disana.
***
Pukul 05.00 pagi Darren terbangun seperti biasa. Kepalanya bergerak kekanan dan kiri. Matanya terbuka perlahan. Dilihatnya langit-langit. Darren mengerutkan kedua alisnya hampir menyatu. Heran. Terakhir kali ia berada di bar biasa. Farez yang membawanya kesini?
Darren bergerak untuk bangun.
"Tuhan" teriak Darren saat ia berhasil duduk dan terkejut melihat Adine yang tertidur dengan posisi duduk.
Tangannya menutup mulut karena sadar suaranya terlalu keras. Darren melihat tangan kiri Adine menopang kepala perempuan itu tepat menghadap kearahnya. Darren tidak bisa memproses kenyataan, kepalanya dipenuhi dengan beberapa pertanyaan.
Adine kenapa ada di Apartemennya?
Gimana bisa Adine tau apartemennya?
Farez kemana?Darren harus pura-pura tidur untuk tahu kebenarannya. Akhirnya dengan sangat perlahan -takut Adine bangun- Darren kembali pada posisi semula alias tidur. Matanya menatap langit-langit dan badannya ia usahakan tidak bergerak.
Hampir 30 menit Darren diposisi itu, akhirnya ia merasakan pergerakan Adine dari sofa. Darren dengan segera menutup mata.
"Gue ketiduran ya" ucap Adine pada diri sendiri. Matanya masih belum sepenuhnya terbuka tapi Adine sudah mengangkat kepala dan badannya agar duduk tegap.
Adine menguap. Kedua tangannya ia rentangkan. Tubuh bagian tangan dan punggungnya sakit karena posisi tidur yang salah. Adine segera berdiri, dilihatnya Darren masih tertidur.
Tidak tahu saja Adine kalau Darren saat ini sedang resah karena pura-pura tidur dan takut ketahuan, badan Darren tegang. Perasaan ingin membuka mata sangat besar tapi lebih besar keinginan untuk pura-pura tidur saja.
Adine merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. 'Kenapa lama banget' Darren dalam hati sudah seresah ini. Kenapa Adine tidak juga membuka suara.
Adine memegang kening Darren, tentu saja Darren kaget setengah mati, tubuhnya semakin menegang. Semakin ingin bertanya kenapa perempuan itu ada disini.
"Engga panas" kata Adine.
Adine lalu memegang dada Darren, mengecek detak jantung dan pernafasan laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth in Life (ON GOING)
RomanceDarren Jeff Alaric, seorang pengacara muda berbakat yang tampan dan playboy. Orang bilang, Darren punya pesona tersendiri dimata para perempuan cantik. Elmeira Zalika Adine, seorang akuntan berbakat yang galak tapi gampang nangis. Orang bilang, si...