Wangi mentol menyeruak tatkala asap keluar dari mulut Darren, hisap, keluarkan, begitu terus, asap itu tercium oleh indra penciuman Darren sejak lima menit lalu, wanginya pergi lalu kembali, terus seperti itu sampai satu batang habis, sudah cukup banyak nikotin yang ia hisap hari ini, kemarin, dan mungkin besok atau dalam waktu yang tidak ditentukan. Darren belum berencana berhenti, sudah beberapa minggu berlalu, akhir pekannya cuma dihabiskan dengan berdiam dibalkon sambil mengisap rokok dan sesekali meneguk bir. Ia sengaja membeli berbagai macam rokok dengan rasa yang berbeda-beda dan beberapa kaleng bir untuk menemani akhir pekannya yang kacau.
Segala cara sudah dilakukan, tapi Darren masih belum juga kembali pada jati dirinya, lihat saja wajahnya sekarang, mata panda, rambut-rambut kecil yang tumbuh di dagu, kumis yang biasanya ia cukur seminggu sekali kini dibiarkan tumbuh, bibir pucat, sudah tidak terlihat seperti manusia. lebih tepatnya, tidak terlihat seperti Darren biasanya. Darren bahkan menolak acara keluarga di rumah nenek Arum minggu ini. See, bukan Darren banget. Darren tidak pernah menolak acara dirumah nenek Arum sebelumnya. Raka minggu ini sering kali mengingatkan dengan kalimat yang sama. Terakhir kemarin malam. Padahal laki-laki itu sudah menasehatinya sejak di playroom, dasar manusia gak pernah puas!
Darren tahu pikirannya kacau dan cara untuk memperbaikinya pun Darren tahu. Darren tahu apa yang harus dilakukan tapi ia cuma diam. Darren tahu apa yang diinginkan tapi ia terlalu pengecut. Karena Darrenpun tahu semua tidak akan seperti apa yang diharapkannya, itulah kenapa Darren memilih diam.
Bruuuk.....Bruuuk....Bruuuk......
Suara gedoran terdengar ditelinga Darren dengan keras, siapa orang yang sudah menggedor pintu apartemennya dengan sebrutal itu di hari minggu pagi?
"Darreeen......buka!!" terdengar teriakan dari luar saat Darren berjalan kearah pintu, dari suaranya terdengar seperti suara Kiandra, Ada apa perempuan itu pagi-pagi begini? sebenarnya sudah tidak pagi-pagi banget karena waktu sudah menunjukkan pukul 09.00
"Gue tau lo di dalem, cepet buka!!" teriakan Kiandra semakin kencang, gedoran dipintu juga semakin panjang. Ada apa sih? Darren jadi kesal sekarang karena merasa terganggu.
Darren meraih knop pintu dan membuka pintu apartemennya dengan malas-malasan.
"Lo bisa kan gak pake teriak dan gedor pintu gue, lo gak liat ada bel. berisik" kata Darren datar. Darren benar-benar malas meladeni Kiandra dengan ikut berteriak, mood-nya tidak untuk itu.
Kiandra menatap wajah Darren dengan tidak percaya, ia buru-buru masuk ke dalam apartemen Darren. Apartemen Darren berantakan, bekas makanan ada dimeja belum dibersihkan, bekas kaleng-kaleng bir, tempat tidur acak-acakan. Darren hanya duduk di sofa tidak mempedulikan Kiandra yang sedang mengelilingi Apartemennya.
Perempuan itu kembali ke ruang tengah dimana Darren sedang berbaring di atas sofa. Perempuan itu melempar handuk tepat diatas wajah Darren, Darren merenggut kesal dan membuang handuk itu sembarang.
"Lo Mandi! Cepet!"
"Males, lo ngapain kesini?" tanya Darren.
"Gak ada males-males. Buruan Darren" desak Kiandra
"Gue gak mood kia, lo mau apa?"
"Lo lebih baik ikutin omongan gue" desak Kiandra.
Dengan langkah yang malas, Darren menggenggam handuk yang dilempar Kiandra dan berjalan menuju kamar mandi.
Beberapa saat, apartemennya sudah bersih, betapa baik hatinya Kiandra mau membersihkan Apartemennya, jelas bukan sifat perempuan itu. Pasti ada maunya! Pikir Darren.
"Apa mau lo?" Tanya Darren.
"Anterin gue urusin persiapan engagement" kata Kiandra.
Darren melengos malas. Kenapa harus Darren? Perempuan itu punya calon suami kan? Punya adik-adik juga. Kenapa harus merecoki Darren yang sedang tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth in Life (ON GOING)
RomanceDarren Jeff Alaric, seorang pengacara muda berbakat yang tampan dan playboy. Orang bilang, Darren punya pesona tersendiri dimata para perempuan cantik. Elmeira Zalika Adine, seorang akuntan berbakat yang galak tapi gampang nangis. Orang bilang, si...