6 "Pertemanan"

169 7 0
                                    

Darren masih duduk di ruang tamu rumah Adine. Menunggu Adine kembali. Perempuan itu kini terlihat berjalan ke arahnya.
Tiba-tiba Ponselnya bergetar. Pesan dari Raka langsung menyambut.

Darren sampai ingin tertawa keras, Raka sangat sulit untuk diajak becanda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Darren sampai ingin tertawa keras, Raka sangat sulit untuk diajak becanda. Tapi Darren sangat senang mengajak Raka becanda. Pesan singkat yang seharusnya simple jadi panjang karena Darren senang sekali menjahili Raka.

Darren menyimpan ponselnya saat Adine terlihat berjalan mendekat.

"Tolong jangan ngomong yang aneh-aneh ke Ayah ya mas" kata Adine.

Darren berdehem. Sepertinya tenggorokannya kering karena lama tidak berbicara.

"Ini bukan mode kerja. Jadi santai aja, bisa ngomong santai kan? Panggil aja Darren atau Jeff" kata Darren.

Adine mengangguk mengerti.

"Pake gue-lo juga gak apa-apa, lagian gue liat lo cuma 1 tahun dibawah gue" lanjut Darren.

Adine mengangguk lagi.

"Gue harap lo ga ngomong aneh-aneh sama Ayah" kata Adine lagi.

"Gue cuma ngobrol. Lo tenang aja" kata Darren.

Darren kemudian berdiri. "Mending lo makan" kata Darren.

Adine diam tidak menanggapi.

"Gue tau tempat makan yang enak dan deket daerah sini" lanjut Darren.

Adine melirik Darren tidak suka. Cowok tampan macam Darren dengan sikap begini bisa dikasih jempol kebawah sama Adine. Karena trik cowok playboy yang melekat pada diri seseorang semacam Darren sangat tidak disukai Adine.

"Trik lo basi banget"

Darren menaikan sebelah alisnya. Bertanya-tanya, apa ada yang salah dari ucapannya?

"Gue gak mudah kemakan buaya kaya lo, lo pasti selalu bilang gini sama cewe yang punya keadaan kaya gue kan?" Kata Adine. Nada bicaranya jutek tapi pelan, karena takut terdengar sama Ayah Arga.

Darren tertawa.

"Lo emang selalu sewot gini ya, lo ada kaca gak? Mau liat gak wajah lo sekarang kaya gimana? Gue yakin lo 3 langkah maju aja udah limbung" kata Darren.

Adine tidak mempedulikan ucapan Darren. Tapi memang kondisi badannya lemas, ia lupa, hari ini ia sudah melewatkan makan siang, pagi tadi juga ia sarapan hanya makan roti. Adine melirik jam tangannya, udah jam 14.22 pantas saja ia merasa lemas.

"Mending lo makan dari pada lo pingsan terus bokap lo liat dan khawatir" kata Darren.

Darren ada benarnya juga

"Rasanya kalo masak gue gak sanggup" kata Adine pelan. Tapi ucapan Adine masih bisa terdengar oleh Darren. Padahal Adine hanya sedang bicara pada dirinya sendiri.

The Truth in Life (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang