14 "Terpacu Adrenalin"

116 9 0
                                    

Darren meminum ice coffenya perlahan. Menunggu sosok Raka dan Gavin untuk bertemu disebuah kafe dekat kantor Gavin.

"Haikal mana?" Tanya Raka saat laki-laki itu bertemu Darren yang sudah duduk dengan kaki kanan dilipat dan lutut kiri menopang kakinya.

"Lagi cek berkas-berkas"

Raka dan Gavin duduk setelah mereka memesan minuman.

"Vin, duit lo bisa balik lagi, terakhir gue cek bukti-bukti, mereka udah ga bisa ngelak soal pencucian uang. Aset mereka bakal disita buat ganti kerugian-kerugian termasuk duit lo. Tinggal tunggu jadwal sidang aja. Haikal udah siapin semua berkas-berkasnya. So, lo tenang aja"

Gavin menganggukkan kepalanya, tidak pernah sedikitpun Gavin meragukan kemampuan Darren, ia sangat percaya bahwa Darren akan menyelesaikan masalah ini dengan baik.

Pelayan mengantarkan pesanan mereka. Raka menyesap kopi lattenya sementara Gavin berakhir dengan orange jus.

"Tumben banget sore-sore begini lo rapi amat" celetuk Raka.

Mendengar komentar Raka membuat Darren malu. Bukan apa-apa, sudah tiga minggu sejak peristiwa taruhan yang sebenarnya hanya sebuah bercandaan belaka bagi Darren. Tapi pada kenyataannya ia lakukan dengan serius. Serius dalam artian Darren berusaha benar-benar terlihat keren. Saat mencari bukti-bukti untuk membela Adine, tanpa sadar Darren akan merapikan bajunya, menata kembali rambutnya, memakai parfum beberapa kali, bahkan berlatih ekspresi. Tidak. Darren sedang tidak diruangan sidang. Jika tiga minggu lalu Darren berkata akan membuat Adine terpesona setidaknya di ruang sidang. Pada kenyataannya Darren ingin Adine memperhatikannya dalam kondisi apapun.

Darren memang memperhatikan penampilannya. Tapi masalahnya Darren tidak pernah melakukan sesuatu dua kali dalam satu hari kecuali parfum. Kalau pakaiannya rapi saat berangkat, saat menuju siang atau pulang itu otomatis akan berantakan. Darren tidak pernah merapikan rambutnya dengan sengaja secara beberapa kali.

Aneh kan!

"Apa salahnya gue rapi begini"

"Bukan lo banget anjing!" Kata Raka seraya tertawa.

Darren itu terlihat agak berantakan. Dulu Darren berkata kalau penampilannya setelah bekerja seharian berantakan berarti ia terlihat bekerja keras. Itu point yang bisa dibanggakan sebagai seorang laki-laki. Tapi sekarang, Darren yang berantakan tidak ada.
Berubah menjadi sosok rapi yang semakin terlihat menarik.

"Lo lagi deketin siapa?" Tanya Raka

Skak!

No! Kenapa Raka selalu tepat sasaran? Seperti bisa membaca pikiran Darren yang berusaha disembunyikan dengan memunculkan ekspresi wajah yang tenang.

"Gak ada. Gue enjoy sama kerjaan gue" jawab Darren.

Gavin hanya menatap Darren seolah tahu bahwa Darren memang menyembunyikan sesuatu. Hanya dengan menatap, Gavin seolah sudah melucuti semua pertahanannya. Maksudnya, Darren tidak bisa mengelak lagi.

"Gue cuma lagi taruhan" jawab Darren pada akhirnya.

"Lo gak usah ngikutin jejak si Gavin nyet!" Sungut Raka. Gavin secara refleks menolehkan kepalanya ke arah Raka dan menatap laki-laki itu dengan tatapan seolah berkata 'kenapa gue'

"Gue gak kawin kontrak" kata Darren.

"Gue cuma lagi terpacu adrenalin, itu aja. Lagian gue ga mau mainin ini cewek. Gue hormati bapaknya" lanjut Darren.

"Oh, lo suka dia" celetuk Raka yang pada akhirnya membuat kesimpulan.

"Bukan! Enggaa!"

"Ya kalo bukan suka apa lagi. Lo sampai berubah"

The Truth in Life (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang