Adine tidak pernah merasa sekesal ini dalam hidupnya. Amarah yang suka ia lontarkan hanya berupa kalimat yang tidak dari hati, ia hanya terlalu blak-blakan dan mudah kesal. Tapi, kali ini Adine benar-benar merasa kesal sampai Adine sendiri bingung bagaimana cara meredakannya. Pertemuan dengan Rafael dan Fara selesai di jam 4 sore karena mereka ada jadwal lain. Sementara Adine yang seharusnya pulang jadi merasa malas dan membutuhkan pelampiasan.
Adine sangat tidak suka jika kondisinya dipenuhi banyak pikiran aneh, apalagi ini tentang cowok playboy sok cakep. Harga diri Adine sangat tergores. Tanpa lama, Adine mengunjungi salah satu tempat area panjat tebing indoor di daerah Jakarta.
Dengan segala perlengkapan yang Adine pesan di tempat dan melakukan pemanasan sebentar. Adine mulai memanjat satu demi satu batu lalu tangannya ditaburi magnesium karbonat agar tetap kering, tangan Adine cenderung mudah berkeringat jadi ia akan sangat sering menggunakannya. Kepala Adine menengadah ke atas menatap ujung tebing, setidaknya ia memiliki satu tujuan yaitu puncak, meskipun tidak cukup baik jika sampai terlalu atas. Adine tetap memanjat dengan santai. sesekali ia menghela napasnya panjang. Adine tidak pernah menyangka hidupnya akan serumit ini sejak Ibunya meninggal.
Setelah mencapai puncak, Adine menarik napas dengan kuat lalu menghembuskannya secara perlahan, ia lakukan itu sampai tiga kali. Kemudian dengan perlahan tangannya memegang tali dengan kuat lalu melepaskannya dan sedikit demi sedikit ia terjun ke bawah. sampai akhirnya sampai ke dasar. Adine duduk dengan kaki diselonjorkan sambil mengatur napasnya.
Badannya sudah cukup lelah, hari sudah mulai malam. Ia pulang dengan kondisi lelah dan siap untuk tidur, setidaknya kegiatan ini membuat Adine akan tidur dengan nyenyak -harapannya-. Adine bertekad untuk menjadi normal dalam menghadapi segalanya. Tidak perlu kesal, tidak perlu marah, dan ekspresi lainnya. Adine akan menganggap semua tidak pernah terjadi antara dirinya dan Darren. Adine memaafkan perkara first kiss yang diambil Darren, Adine tidak peduli akan hubungan Darren dengan perempuan itu. Adine hanya akan menjalani hidupnya sendiri. Menyelesaikan masalahnya. Setelah masalahnya selesai, Adine tidak perlu berhubungan lagi dengan Darren.
***
Senin pagi di pertengahan bulan Agustus. Sudah beberapa minggu Darren tidak menghubunginya, Adine juga tidak berniat untuk menghubungi Darren, ego nya masih mendominasi.
Adine bersiap-siap untuk persidangan selanjutnya, statusnya masih sebagai saksi. Namun rasanya tetap saja ingin menangis jika mengingat semua hal yang menimpanya beberapa bulan terakhir, tapi Adine perlu menahan semuanya. Adine khawatir jelas saja. Ia bahkan belum sempat meminta Darren mengecek satu hal yang Adine curigai. Laporan keuangan yang Adine pegang dengan yang PT. Jaya Bersama berbeda. Informasi itu yang terakhir kali Adine ketahui dari Darren. Polisi maupun kejaksaan belum bisa menemukan mana laporan yang asli ataupun palsu.
Adine bahkan sudah diwanti-wanti oleh Darren untuk bersiap diri apabila polisi membawanya ke jeruji besi. Sangat tidak membuat tenang bukan? Bagaimana bisa pengacara bersikap seperti itu?
Bisa kalian bayangkan bagaimana perasaannya pada Darren, menurut kalian apakah bisa Adine menyukai Darren saat ini? Apakah mungkin itu terjadi?
"Adine, apapun yang terjadi, kamu harus percaya kalau Jeff bisa bantu kamu" suara Ayah Arga menyadarkan Adine dari lamunannya. Ayah Arga berjalan mendekati Adine yang duduk diatas tempat tidur. Dengan wajah lesu, Adine terpaksa untuk tersenyum. Hatinya seperti teiris pisau belati, meskipun kecil tapi terasa menyakitkan. Perasaan resah, tidak karuan, jantung berdebar keras, sangat tidak enak. Tapi, jika Adine terlihat lemah, Ayahnya bagaimana? Adine harus terlihat kuat bukan? Demi Ayahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/306548054-288-k567233.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth in Life (ON GOING)
RomanceDarren Jeff Alaric, seorang pengacara muda berbakat yang tampan dan playboy. Orang bilang, Darren punya pesona tersendiri dimata para perempuan cantik. Elmeira Zalika Adine, seorang akuntan berbakat yang galak tapi gampang nangis. Orang bilang, si...