24 "Makan Malam"

103 2 1
                                    

Halo:)

Maaf banget baru bisa update sekarang. Baru sempet nulis lagi. Makasih banyak udah mau nunggu cerita Darren-Adine.

Enjoy.....
.
.
.
.
.
Darren menatap dirinya di cermin panjang dengan seksama. Hari ini Darren mengenakan baju kaos putih polos dengan jaket trucker berwarna coklat dan celana chino berwarna cream. Sepertinya sepatu putih akan cocok untuk dipakai. Pikir Darren.

Lagi. Darren memperhatikan dirinya sendiri yang memantul di cermin. Darren biasanya tidak begitu peduli akan penampilannya. Tapi kali ini Darren ingin terlihat keren namun terkesan santai. Sebenarnya ada apa sampai-sampai Darren begitu khawatir? Padahal sekarang hanya acara makan malam non-formal yang akan di hadirinya. Masalahnya adalah ini undangan makan malam dari calon mertua.

Darren terkekeh saat pikirannya melayang menyebutkan Pak Arga sebagai calon mertuanya.

Hari ini juga hari yang ditunggu-tunggu Darren, setelah hampir satu Minggu tidak melihat Adine. Terakhir kali bertemu saat Adine memberinya makan siang yang dimasak langsung oleh perempuan itu. Lagi. Darren terkekeh. Perasaannya masih berbunga tiap kali ingatannya memutar memori beberapa hari lalu.

Darren seolah melupakan pikiran-pikiran berlebihan diakhir pertemuannya bersama Adine kemarin. Sepertinya Darren mencoba melupakan dan bertekad untuk tetap berjuang. Setelah Raka memberikannya sebuah ledekan yang menyadarkan Darren untuk tetap maju berjuang.

Sentuhan terakhir adalah parfum. Darren manusia yang terkenal dengan wangi semerbak yang tidak hilang dari tubuhnya. Tidak terlalu banyak yang ia semprotkan tetapi cukup membuat badannya wangi dan tahan lama.

Ready. Mari buat Calon Mertua terkesan lalu membuat anaknya jatuh kedalam dekapan. Tekad Darren.

Tak lupa Darren membawa buket bunga yang sudah ia beli tadi sore. Kaki Darren berjalan menuju mobil dengan ringan dan riang. Senyuman merekah diwajahnya tanpa jeda. Bibirnya bersiul ria membentuk sebuah irama. Kakinya melangkah ringan menuju mobil untuk ke rumah Adine.

***

Melirik. Mata Darren tidak berhenti melirik kesebelah kiri tepat dimana Adine duduk. Pak Arga berada di depannya. posisi yang begitu kurang menguntungkan karena bisa saja Pak Arga sejak tadi sudah menyadari berapa kali Darren mencoba untuk melihat putri semata wayangnya itu.

Mereka bertiga makan disebuah restoran tiongkok yang sudah menjadi favorit pak Arga sedari dulu. Restoran dengan interior klasik tiongkok tidak jauh dari rumah Adine berada.

"Jeff, apa kamu suka makanannya?" tanya Pak Arga.

Darren seperti tertangkap basah karena ucapan Pak Arga tepat pada saat Darren tengah melirik ke arah Adine. Jelas saja membuat Darren salah tingkah dan hampir tersedak makanan yang sedang ia kunyah dari tadi. Darren bahkan lupa menelan makanannya. Apa mungkin karena ini Pak Arga bertanya?

"Suka Pak, ini enak. Mungkin karena dimasak sama orang profesional" Jawab Darren. Kali ini ia menelah makanannya dan memakan satu sendok lagi.

"Syukurlah kalau begitu" kata Pak Arga

Adine hanya diam, tidak mengeluarkan sepatah katapun sedari tadi. Ia hanya fokus pada makanannya. Adine juga sadar kalau sedari tadi Darren terus-terusan melihat ke arahnya. Seperti ingin berbicara.

Adine mencoba untuk bersikap biasa saja. tapi lama kelamaan ia juga jadi ingin melihat Darren. diliriknya Darren yang sedang melahap makanan. Tapi tatapannya segera menatap depan karena lelaki itu balik meliriknya. Adine mencoba menelan makanannya karena terlalu kaget dan justru malah terlihat salah tingkah.

Darren yang melihat itu semua tidak bisa menahan senyumannya. Pak Arga hanya memakan makanannya mencoba berpura-pura tidak mengetahui situasi canggung diantara mereka berdua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 15 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Truth in Life (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang