22 "Finally"

107 6 0
                                    

Hallooo balik lagi dengan kisah Darren-Adine. Semoga kalian suka dengan cerita ini. Jangan lupa sebelum baca klik 🌟 di pojok kiri bawah 🤩

Enjoyyy......

***

Darren berjalan masuk ke sebuah ruangan untuk bertemu Adine, langkah kakinya sedikit tergesa-gesa sampai-sampai Fabian jauh tertinggal. Saat Darren sampai diruang tunggu menunggu Adine muncul, Darren merasakan seseorang duduk disampingnya yang tidak lain adalah Fabian.

"Hai" sapa Darren pada Adine yang berjalan menuju ke arahnya. Darren sontak berdiri dan menggeserkan sebuah kursi didepannya, mempersilakan. adine untuk duduk di kursi tersebut.

"Hai" sapa balik Adine.

Fabian bisa merasakan suasana canggung antara mereka, ia hanya bisa geleng-geleng kepala. Cukup buat geregetan.

"Mbak" sapa Fabian

"Hai bian" sapa balik Adine. Jelas sekali perbedaan nada Adine saat membalas Darren dan Fabian. Sebenarnya Darren agak sakit hati. Tapi lagi-lagi ia harus menahan dan menyembunyikan itu. Lalu ditatapnya Fabian seolah berkata 'see. Adine gak suka gue' . Fabian yang ditatap seperti itu hanya tersenyum dan Darren yang melihat senyuman Fabian ingin memukul Fabian saat ini juga.

"Adine kita dapet kabar baik" Tanya Darren.

"Lo bisa keluar dari sini" lanjut Darren sambil menyodorkan sebuah file di hadapan Adine.

Darren menunjukkan semua bukti yang sudah Darren dapatkan untuk membuat Adine yakin dan percaya akan ucapannya. Adine merespon dengan diam, perempuan itu hanya berkata iya, oke, dengan pelan. Darren bisa melihat bahwa Adine tidak murung seperti tadi. Tatapan matanya mulai berubah. Seperti ada harapan yang bisa Adine percaya.

"Thank you" ucap Adine pada Darren dan Fabian. "Kalian udah bantu gue" lanjutnya.

"Darren.. Gue benar-benar minta tolong sama Lo, selama gue masih disini, tolong cek Ayah di rumah. Gue ga boleh hubungi siapapun kecuali elo" ucap Adine.

Darren menganggukkan kepalanya. "Lo tenang, Pak Arga baik-baik aja. Gue selalu cek beliau" kata Darren.

"Sekali lagi. Thank you" ucap Adine lirih. Darren bisa melihat bagaimana Adine berusaha menahan air mata nya turun.

Ingin sekali Darren memeluk Adine saat ini juga. Menepuk bahunya pelan, memberikan kekuatan bahwa segalanya akan baik-baik saja. Adine akan kembali hidup normal seperti sedia kala.

"Adine.." Ucap Darren, suaranya terdengar begitu penuh penekanan. Tangan kanan Darren memegang bahu kiri Adine pelan. Seolah memberikan kekuatan.

"Lo akan keluar" lanjut Darren penuh keyakinan.

Setelahnya, Darren dan Fabian keluar dari Kantor polisi. Saat tangannya membuka pintu seseorang menghampirinya dengan tergesa-gesa dan ketakutan.

***

Darren kembali menutup pintu mobil sementara Fabian sudah dibalik kemudi. Perempuan itu bergetar, ingin berbicara tetapi seperti ada yang menahan. Darren semakin bertanya-tanya. Dengan langkahkan kaki untuk mendekati orang tersebut.

"Mbak gak apa-apa?" Tanya Darren.

"Pak, saya.....saya......" Kata orang itu terbata-bata.

The Truth in Life (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang