chapter 48- CELLINE

951 54 10
                                    

Hi!

Yeyyy allora update!!

Typo bertebaran 🍂

Jangan jadi silent reader yaa pleasee💕

Nyok, bisa Yoo pencet dulu bintang kecil di pojok kiri bawah nya, sebelum baca chapter ini ;)

Tolong apresiasi nya terhadap cerita Yang saya ketik dengan memberi vote dan coment nya.

Votmen itu free kok guys, alis gratiss😎

Kalo bisa, usahasa in coment di setiap paragraf nya ya guys🧘👍

Waw sudah berdebu rupanya ni lapak ya😭 maaf banget udah lama nggak up.

Target buat up chapter selanjutnya adalah 20coment+20vote.

Target ini untuk yang ingin saya up cepat, karna jika target sudah terpenuhi maka saya akan lansung update hari itu juga, tapi selama target belum terpenuhi saya akan up lama, makasih.

Jam berapa sekarang di kota kalian saat baca chapter ini?🤸

Dari kota mana aja ni readers nya allora?🧚

Yang votmen, dapat salam dari Abang akran, bara, gevan, Sean, Arya, gaven, Kenzo, arka, Aron, zero, Riko😘✨

Kangen nggak sama Allora'z brother?👉👁️👄👁️👈

Atau kangen smaa author yang kiyowo ini?

Tolong banget jangan marah-marah sama author karna udah jarang update yaa

AYOO PENUHI TARGET, SUPAYA AKU CEPET UP BUAT CHAPTER SELANJUTNYA 💃
.
.
.
HAPPY READING 🍂

<•ALLORA•>

"Dimana baby?" Tanya alin lansung saat sampai di rumah sakit, dengan mahen yang setia mengelus punggung istrinya, guna menenangkan, meskipun tidak dapat di bohongi dirinya sendiri juga merasa marah, dan khawatir di satu waktu bersamaan.

Saat mereka sedang berbincang-bincang ringan di ruang keluarga, tiba-tiba akran menelpon dan memberitahukan kabar buruk ini.

Membuat sepasang suami istri itu kalut dalam rasa khawatirnya, dan kaget secara bersamaan.

Dengan rambut acak-acakan, hidung serta mata memerah akran yang sedang duduk di kursi panjang koridor rumah sakit pun mendongakan pandangan nya menatap asal suara bergetar itu terdengar.
"Baby-"

Ucapan akran terpotong saat sodaranya yang lain berserta Aditya dan Nindy datang berbondong-bondong.

Tidak menghiraukan yang lain alin kembali membuka suara
"Bagaimana keadaan baby akran?!" Desak alin dengan mata memerah, dada nya terasa sesak, kekhwatiran berhasil mengendalikan dirinya.

"Masi di tangani Arya" jawab akran pelan, kepala nya kembali tertunduk, sudah pernah dibilang bukan, akran lemah jika menyangkut allora.

"Ya tuhan, selamatkan putriku" gumam Nindy dengan mata tertutup yang meluruh kan tetes demi tetes air mata, sedangkan Aditya setia mengusap punggung istrinya sama seperti yang di lakukan mahen pada alin, hatinya juga terasa kacau saat mendengar kabar ini, mendengar cerita bahwa keponakan putri semata wayangnya tetabrak truk, ia tidak bisa membayangkan nya.

[posesiff brother's✓] (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang