Youth's 15 : sisi yang lain

883 137 4
                                    

[©treasure_cs]

"Sejatinya, satu noda tinta di lembar halaman penuh tulisan tidak mampu menghapus makna tulisan dari halaman tersebut."

Jeongwoo masih bungkam kala dirinya digiring untuk masuk ke dalam ruangan kesiswaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeongwoo masih bungkam kala dirinya digiring untuk masuk ke dalam ruangan kesiswaan. Namun ketika pintu tersebut dibuka, maniknya sedikit membola saat melihat dua eksistensi orang yang jelas-jelas dirinya kenal.

Park Jihoon, juga Watanabe Haruto tengah duduk di dua kursi yang berhadapan dengan sang guru konseling. Jeongwoo kemudian di tuntun untuk berdiri di sebelah tempat Jihoon duduk.

"Kamu saudara Jihoon kan?" Jeongwoo mengangguk.

"Hari ini saudara kamu terlibat aksi tawuran lagi. Entah siapa lagi yang terlibat selain kalian berdua. Tapi yang pasti, pagi ini salah satu guru kita sendiri yang jadi saksi mata dan lihat kamu ada diantara mereka." Sang guru menunjuk ke arah Jihoon yang tampak tenang.

Pemuda itu dipenuhi luka babak belur di wajah. Sedangkan Haruto jelas terlihat bersih tanpa segores luka pun.

"Sanksi akan saya berikan ke kalian berdua karena kalian harus bertanggung jawab atas aksi tawuran yang melibatkan kalian dan siswa sekolah ini. Sebagai peringatan, orang tua kalian harus datang untuk menghadap ke sekolah." Sang guru terlihat mengeluarkan dua surat. Satunya diberikan pada Haruto sedang satu lagi di sodorkan ke depan Jeongwoo.

"Kamu pastiin orang tua kamu tau tentang kelakuan Park Jihoon." Namun bukannya langsung menerima surat tersebut, Jeongwoo malah mengajukan protes.

"Maaf bu, tapi kenapa cuma mereka berdua yang harus tanggung jawab atas aksi tawuran ini bu? Bukannya tawuran itu aksi yang pastinya melibatkan banyak orang? Kenapa kesalahan cuma dilimpahkan ke mereka berdua saja?" Mendapat pertanyaan tersebut, sang guru nampak tersinggung.

"Kamu tidak dengar penjelasan saya? Salah satu guru sekolah kita sendiri yang melihat Jihoon ada disana! Dan Haruto sendiri yang mengaku pada saya kalau dia salah satu bagian dari mereka!" Guru tersebut mulai meninggikan suara. Namun Jeongwoo masih bersikeras pada pendiriannya diawal.

"Artinya—" Namun belum selesai Jeongwoo bersuara, Jihoon telah lebih dulu menerima surat panggilan orang tua yang awalnya akan diserahkan pada Jeongwoo.

"Saya sendiri yang jamin orang tua saya bakal dateng." Jihoon lantas berdiri. "Lain kali, ibu nggak perlu repot-repot cari saudara saya buat laporin saya ke orang tua saya. Kita nggak serumah." Kemudian Jihoon menatap ke arah Haruto yang turut berdiri.

Pemuda itu turut mengantongi surat peringatan tersebut.

"Kalau sudah tidak ada yang perlu dibahas, saya pamit keluar. Waktu itu penting bu, saya nggak mau sia-siain."

Youth [Hajeongwoo] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang