Youth's 16 : Perihal Hati

870 153 37
                                    

[©treasure_cs]

"Sedang menerapkan prinsip Slow but sure."

Haruto, Watanabe.

GEMURUH terdengar ribut dengan hujan yang kian deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GEMURUH terdengar ribut dengan hujan yang kian deras. Menurunkan berjuta-juta tetesan air ke bawah. Bersama angin dingin yang menusuk, kelas turut berakhir. Namun sejak lima belas menit lalu, Park Jeongwoo masih setia duduk di bangku kelasnya.

Sebuah buku menjadi teman sepi meski realitanya sama sekali tak terbaca. Pikiran melambung jauh. Melalang buana kesana-kemari. Jeongwoo masih memikirkan kejadian pagi ini. Menjadi momen langka untuknya masuk ke ruang kesiswaan untuk panggilan lain selain mengenai prestasi.

Yang sebenarnya adalah, Jeongwoo tengah menunggu jemputan sang ibu. Sedikit cemas karena baterai ponselnya yang menyisakan sedikit daya dan dapat kapan saja mati total. Jeongwoo memanfaatkan sisa daya ponselnya sebaik mungkin. Menunggu balasan pesan dari sang ibu diseberang sana.

"Woo." Lantas, Jeongwoo menoleh kala suara tersebut menyebut namanya. Menemukan eksistensi tiga remaja yang berdiri di depan pintu kelas. Jihoon adalah pemilik suara tersebut.

Jeongwoo lantas bangkit. Berjalan mendekat saat kode berupa gerak tubuh diberikan oleh Jihoon ; lambaian tangan. Menyempatkan diri menoleh ke sisi kiri Jihoon untuk bertemu tatap dengan netra Haruto yang menatapnya. Kemudian, Jeongwoo menjadi yang pertama memutus kontak mata. Fokus pada Jihoon yang tersenyum lebar di depannya. Sedikit nampak konyol dan kontras dengan citranya selama ini.

"Yuk balik." Katanya kemudian.

"Iya, gue lagi nunggu jemputan mama kok." Jawaban Jeongwoo membuat Jihoon melotot.

"Lah to, lo nggak bilang ke Jeongwoo kalo nyokapnya nitip dia ke lo?" Karena ucapan Jihoon, Jeongwoo turut memandang bingung. Menatap Haruto yang terlihat mengangguk.

"Ayo, gue anter pulang." Kemudian bersuara pada Jeongwoo, mengabaikan Jihoon yang setia memandang horor kearahnya.

"Loh terus Asahi gimana?" Ketiganya lantas teringat pada satu lagi eksistensi manusia yang sempat dilupakan.

Asahi sendiri hanya diam menatap ketiganya.

"Gue bawa mobil." Kemudian Jihoon mengangguk-angguk.

"Oh, yaudah kalo gitu."

"Tapi kalau Haruto anter gue sama Jeongwoo, bakal muter. Rumah gue sama Jeongwoo juga agak jauh." Setelah lama bungkam, akhirnya Asahi bersuara.

Youth [Hajeongwoo] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang