Youth's 18 : Soal rasa

752 126 25
                                    

[©treasure_cs]

"Rasanya masih acak, masih penuh tanda tanya walau terkadang memenuhi rongga dada hingga membawa kupu-kupu."

SEBAGAI sanksi atas pelanggaran ketepatan waktu hadir, Jeongwoo serta Haruto harus berakhir berdiri dalam satu barisan dengan seorang guru kesiswaan yang memberi beberapa nasehat mengenai pentingnya kedisiplinan. Setelah selesai dengan nasehat-yang sejujurnya hanya menjadikan Jeongwoo sebagai pendengar karena Haruto sama sekali tidak berniat untuk mendengarkan, guru tersebut setelahnya memberikan sebuah hukuman.

Hukuman yang berupa kegiatan bersih-bersih di toilet belakang. Toilet yang terletak di dekat ruang musik. Ruang yang disebut sebagai toilet tersebut nyatanya telah lama tidak digunakan. Biasanya hanya menjadi tempat untuk menghukum siswa-siswi yang lalai seperti Jeongwoo dan Haruto hari ini atau menjadi sarang kenakalan remaja.

Hukuman ini dilakukan untuk membuat jera, katanya. Namun pada kenyataanya, siswa yang terlambat sudah menjadi sesuatu yang umum untuk ditemukan di sekolah manapun.

Alhasil, setelah menyelesaikan acara berbaris tidak jelas tersebut, Haruto serta Jeongwoo diizinkan untuk masuk ke kelas. Jeongwoo menghela nafas, sudah pasti setelah ini guru yang tengah mengisi kelas juga akan memberi satu lagi hukuman.

Menangkap hal itu, laki-laki yang setia berjalan beriringan dengan dua siswa terlambat tersebut terlihat ingin membantu. Jay kini menyamakan langkahnya dengan Jeongwoo hingga membuat Haruto tersisih di belakang.

"Ada yang ganggu pikiran lo?" Jay mengajukan pertanyaan yang sebenarnya hanya sebuah basa-basi. Raut gelisah Jeongwoo begitu kentara dan tidak lagi butuh dipertanyakan.

"Hu'um. Hukuman guru pengisi mata pelajaran pertama." Jeongwoo nyaris merengek jika tidak melupakan tempat dan siapa yang menjadi lawan bicaranya.

Jay terdengar terkekeh. "Mau gue bantu?" Kemudian melayangkan satu pertanyaan yang berhasil merenggut seluruh perhatian Jeongwoo.

"Bisa?" Laki-laki itu terdengar excited. Netranya memandang Jay penuh binar harapan.

"Gampang. Tapi ada syaratnya." Namun di hitungan detik, binar Jeongwoo berubah ketika mendengar tutur kata sang ketua osis.

"Yah. Kenapa harus ada syarat?" Kemudian yang lebih pendek mengajukan protes.

"Syaratnya gampang kok. Senyum coba."

Kemudian perbincangan yang melibatkan dua orang tersebut terus berlanjut selama mereka menyusuri koridor sekolah untuk sampai di kelas Jeongwoo. Meninggalkan satu lagi eksistensi seseorang yang telah lama memilih berhenti melangkah bersama.

Youth [Hajeongwoo] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang