Tahun ajaran baru ini dimulai dengan kabar yang cukup menggemparkan. Tante Gabi dan Om Vic resmi bercerai!
Ran tidak percaya dengan kenyataan itu, dan lebih tidak percaya lagi dengan respons Celine dan Matt yang terlihat santai.
Demikian, ada hal yang lebih sulit diterima lagi di luar itu semua: Celine akan pindah, ikut papanya tinggal di Bali.
Ini sungguh membuat hari pertama mereka bersekolah terasa sangat ganjil, sebab ternyata gosip perceraian orang tua Matt dan Celine sudah tersebar luas seantero Dhama Sunya.
"Kamu nggak apa-apa, Sel?"
Begitu tanya Ran pada jam istirahat pertama, setelah seharian ini banyak tatapan miring dan bisik-bisik selentingan terdengar sampai ke telinga mereka. Ran khawatir dengan keadaan sahabatnya.
"Nggak papa, kok. Aku punya kamu dan..."
Tak sempat Celine menyelesaikan kalimatnya, segerombolan remaja sudah berhamburan sambil memanggil-manggil namanya. Geng VIP telah tiba.
"Celine, oh my God! Are you okay? Kita habis pulang sekolah jadi hangout ya. Kamu harus seneng-seneng! Mau karaoke nggak? Atau mau nge-mall aja?" Begitu tanya Olivia sang ketua geng.
"Atau kalau terlalu rame, kita bisa chill aja sambil jajan. Pokoknya apapun yang lo mau kita bakal temenin." Monik menimpali, sementara Carol yang berdiri di sisinya mengangguk setuju.
Celine tampak terharu. Setengah berkaca-kaca, dia menggumamkan kata terima kasih sambil merangkul mereka semua. Termasuk Ran.
"Habis ini kita nge-mall aja di PIK, terus jajan ke chinatowm, jalan-jalan liat pantai." Celine menyarankan agenda yang langsung disetujui mereka semua.
Siang itu rasanya cobaan hidup sahabat Ran itu tampak tidak terlalu membebani seperti hari-hari sebelumnya.
Berbeda dengan si bungsu, Matt yang dingin dan berjarak juga mendapatkan perhatian serupa oleh Varda dan teman-teman populernya. Sayangnya, dia lebih merasa nyaman jika ditinggal sendiri tanpa huru-hara Varda.
"Matt, lu beneran nggak bakal pindah kan?" tanya Varda untuk yang kesekian kalinya hari ini. Tampaknya dia sungguh-sungguh ingin memastikan jika keputusan perceraian orang tua Matt tidak akan berdampak pada eksistensi cowok itu di Dharma Sunya.
"Nggak. Gue tetap sama nyokap di Jakarta." Matt menjawab jelas dan lugas, perpaduan antara sabar dan malas.
Varda mengangguk puas. Dia tetap menempel pada Matt sepeninggal mereka dari kantin, juga di jam pelajaran terakhir, hingga waktu pulang. Sepertinya masih ada sesuatu yang ingin Varda sampaikan, tapi ketua OSIS yang hendak turun jabatan ini sengaja menahan.
**
Sore ini matahari cantik sekali. Pantai Indah Kapuk merupakan lokasi yang menurut Ran merupakan tempat yang dicomot dari planet lain.
Tak seperti jalanan di Jakarta pada umumnya, jalanan di PIK rapi berpaving, pohon palem tertanam berbaris, bangunannya bagus-bagus, mirip dengan yang Ran lihat di film-film barat dengan setting lokasi di Malibu atau Miami.
Banyak tempat-tempat belanja, minimarket, dan restoran yang cantik-cantik. Ada juga Chinatown, mal, bahkan pantai dengan deburan ombak dan angin kencang.
Ran sedikit ciut. Bukan karena dia baru pertama kali mengunjungi PIK, bukan pula karena harga-harga makanan di sini yang tak sanggup dia beli—-jika tanpa traktiran Celine dan geng VIP.
Ini semua karena saat pulang nanti, Bunda-lah yang akan menjemput mereka. Bunda-nya Ran. Menjemput dia, juga Celine dan geng VIP.
Matilah dia. Bunda kan galaknya setengah mampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Tubéreuse
ParanormalRan hanya menginginkan dua hal dalam hidupnya; bisa melihat hantu, dan tahu rasanya punya kakak. Tumbuh dalam didikan trah Kuncoro, famili Jawa klenik yang bisa melihat makhluk gaib, Ran merasa kesepian karena dia satu-satunya manusia 𝘯𝘰𝘳𝘮𝘢𝘭...