10 Tahun Kemudian,
Hujan, selalu hujan. Tetesan-tetesan air jatuh membasahi tanah, membangkitkan perasaan yang tak bisa dijelaskan dalam diri Lily. Sepuluh tahun telah berlalu sejak kecelakaan yang menghapus semua kenangan masa kecilnya.
Dia tidak mengingat apa yang terjadi pada hari itu maupun hari hari sebelum kecelakaan itu, tidak ada ingatan tentang hujan deras atau suara logam yang beradu. Yang ada hanyalah kekosongan, sebuah ruang hampa di mana seharusnya ada kenangan. Namun, ada satu hal yang tetap bertahan-rasa gelisah yang muncul setiap kali langit mendung.
Luka luka fisik memang sudah sembuh, tetapi sayangnya Lily harus menghadapi luka yang lebih dalam dari luka fisik.Trauma. Ada sesuatu di dalam diri Lily yang terus bergetar setiap kali hujan turun. Jantungnya berdebar tanpa alasan yang bisa dia pahami, dan ketakutan yang tak berwujud itu menghantuinya bahkan tak jarang juga telinganya berdengung keras.
Pagi ini, langit biru cerah dan matahari bersinar terang. Tidak ada tanda-tanda hujan, tapi Lily merasa ada sesuatu yang hilang, seolah-olah ada bagian dari dirinya yang masih terjebak di bawah awan gelap itu.
Lily mengambil napas dalam-dalam. Hari ini, ia memulai babak baru sebagai siswa SMA. Gedung sekolah yang menjulang tinggi di depannya terasa seperti benteng yang menantang, namun juga menjanjikan petualangan baru.
Dengan tas di punggung dan senyum yang menghiasi wajahnya, Lily melangkah pasti. Dia disambut oleh kehangatan sinar matahari yang menembus dedaunan, menciptakan pola-pola indah di jalan setapak. Suara burung berkicau menambah keceriaan suasana, mengiringi harapan-harapan baru yang mulai bertunas dalam dirinya.
Di dalam kelas, Lily menemukan tempat duduknya dan menatap keluar jendela. Pemandangan sekolah yang ramai dengan siswa-siswa lain yang juga memulai hari pertama mereka, membuatnya merasa tidak sendiri. Dia tahu bahwa hari ini adalah awal dari sesuatu yang luar biasa, sebuah perjalanan yang akan membawanya menemukan dirinya yang sebenarnya.
Disaat Lily masih terfokus dengan pemandangan ramai dari balik jendela kelasnya, tiba tiba ada seseorang bertanya kepadanya "Hey! Bangku di samping lo kosong gak?"
Pertanyaan itu berhasil membuyarkan Fokus Lily yang sedang melihat pemandangan diluar jendela itu. Lily menoleh, matanya bertemu dengan gadis yang berdiri di sampingnya. Dengan senyuman hangat, ia menjawab "Ya, bangku disamping gua kosong. Lo bisa duduk disana kalau lo mau."
Gadis itu tersenyum setelah mendapatkan jawaban dari Lily, ia pun langsung duduk di samping Lily. "Thanks, gue Nisha Evangelina, by the way." Kata Nisha setelah menaruh tas nya di kursi, ia juga mengulurkan tangannya kepada Lily
Lily menerima uluran tangan dari gadis itu "Gua Lily Allen Veronica, lo bisa memanggil Lily. Aja" jawab Lily sambil tersenyum ramah kepada Nisha
"Okey Lily, senang berkenalan dengan lo" ucapnya, Nisha membalas senyuman ramah Lily setelah itu melepaskan jabat tangannya.
Senyum Lily semakin lebar mendengar kata-kata Nisha, dan mengangguk kecil
Mereka berdua terdiam dan saling menatap satu sama lain,"Oh ya, gua minta nomor lo dong, Lily. Biar kalau ada info apa apa bisa saling ngabarin." Ucap Nisha sambil menyodorkan ponselnya kepada Lily
"Sure..."katanya sambil menerima ponsel Nisha, Lily pun mengetik nomor telponnya di sana sebelum mengembalikan ponsel tersebut kepada Nisha, "Nih, udah yah..."
"Okey, thanks."ujar Nisha saat menerima ponselnya kembali, lalu mengirim pesan kepada Lily "Udah gua kirim pesan ke nomor lo yah, jangan lupa di save okey?"
Nisha mengedipkan sebelah matanya dengan tengil kepada Lily, Lily yang melihat hal tersebut tertawa kecil sebelum mengangguk "Okey..."
Tak lama dari itu bel pun berbunyi menandakan Kelas akan dimulai, Tak butuh waktu yang lama untuk seorang Guru datang ke kelas Nisha dan Lily. Guru itu memulai kelas dengan menyuruh muridnya untuk memperkenalkan diri setelah itu di lanjut sesi bercerita satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vignet : Kilas Waktu dalam Kata-kata
Teen Fiction⚠️typo bertebaran, akan hilang nanti jika di revisi⚠️ Status :on going Sinopsis : Lily Allen Veronica kehilangan sebagian besar ingatannya setelah kecelakaan tragis saat berusia tujuh tahun. Peristiwa itu tidak hanya meninggalkan kekosongan dalam in...