Bab 5. Hujan

132 117 50
                                    

Mobil itu meluncur dengan lembut melewati gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, cahaya dari jendela-jendela mereka berkelap-kelip seperti bintang-bintang yang terperangkap di bumi. Meskipun waktu telah menunjukkan pukul 10 malam, kota masih berdenyut dengan kehidupan, lampu-lampu kota berkilauan, menciptakan mozaik cahaya yang memukau.

 Meskipun waktu telah menunjukkan pukul 10 malam, kota masih berdenyut dengan kehidupan, lampu-lampu kota berkilauan, menciptakan mozaik cahaya yang memukau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di perempatan jalan, mobil itu berhenti sejenak, menunggu lampu lalu lintas yang berwarna merah. Di saat itulah, rintik-rintik hujan mulai turun, perlahan membasahi jalanan yang mengkilap, menari-nari di atas aspal seperti mutiara yang jatuh dari langit. Setiap tetes hujan yang menyentuh tanah mengirimkan gelombang kecil, menggema dalam kesunyian malam yang mendalam.

Christian dan Lily, terlindung di dalam mobil, menatap keluar melalui kaca jendela yang kini menjadi kanvas bagi air hujan. Mereka menyaksikan bagaimana dunia di luar berubah, diselimuti oleh tabir air yang lembut, suara hujan yang menenangkan menjadi simfoni alam yang sempurna untuk mengakhiri hari yang panjang.

Hujan yang semula hanya rintik-rintik kini berubah menjadi guyuran yang lebih deras, membuat suasana malam semakin muram. Lily, yang duduk di samping Christian, merasakan kecemasan yang tumbuh di dalam dadanya. Suara hujan yang mengetuk kaca mobil semakin memperkuat rasa takut yang tak bisa dia jelaskan.

Christian, yang memperhatikan perubahan ekspresi Lily, merasa perlu untuk menanyakan keadaannya. "Lily, lo kenapa? Lo keliatannya cemas banget," tanyanya dengan suara yang penuh kekhawatiran, saat lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.

Lily menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab. "Gua...gua cuman gak terlalu suka hujan," ucapnya, suaranya bergetar sedikit.

Christian mengangguk dengan pengertian, "Oh gitu yah, by the way ada sesuatu yang bisa gua lakuin gak? buat ngeringanin rasa cemas lo."

Lily terdiam beberapa saat dan berpikir, biasanya mama nya memeluk nya disaat seperti ini tapi itu tidak mungkin ia katakan kepada Christian. "Gak mungkin gua minta peluk sama dia kan? Kalau dia udah punya cewek Gimana? Mending gak usah dahk," kata Lily di dalam hatinya.

Lily menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis, "Nggak ada."

"Oh benaran nih? Bagaimana kalau dengerin lagu?" kata Christian yang memberi saran kepada Lily untuk mendengarkan lagu.

"Lagu? Boleh dehk" lily

Christian mengangguk mendengar apa yang Lily katakan, "okey, kalau begitu..."

Christian segera menggerakkan jari telunjuknya ke layar radio mobil mencari-cari lagu yang menenangkan, setelah ketemu ia langsung menekan lagu tersebut dan lagu tersebut pun terputar.

Kini mobil terpenuhi dengan iringan nada lagu yang menenangkan sehingga suara rintikan hujan mulai tersamarkan. Lily merasakan ketegangan di dadanya mulai mereda, dan dia menutup matanya, membiarkan musik membawanya ke tempat yang lebih tenang.

Vignet : Kilas Waktu dalam Kata-kataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang