Bab 18. Amarah Yang Terungkap

18 18 0
                                    

Laura melirik ke arah guru, lalu menatap Nisha dan Lily sekali lagi dengan senyum penuh kemenangan. "Kita lanjut nanti, ya," bisiknya dengan nada dingin sebelum berjalan kembali ke mejanya bersama Visha.

Nisha dan Lily terdiam, tapi Nisha masih merasakan darahnya mendidih. Dia tahu Laura tidak akan berhenti, tapi mereka juga tidak akan tinggal diam. Pelajaran pun dimulai, namun ketegangan di dalam kelas tidak hilang begitu saja.

✎ᝰ.

Saat bel istirahat berbunyi, Laura sudah mulai bergerak dengan rencana barunya. Di berbagai sudut sekolah, dia dengan lihai menyebarkan rumor tentang Lily, memanfaatkan jaringan pertemanannya yang luas dan pengaruhnya sebagai salah satu siswa yang cukup populer.

“Lo tau nggak sih, kenapa Lily deket banget sama Chris akhir-akhir ini?” bisik Laura pada sekelompok anak perempuan di kantin, suaranya terkesan kasual tapi cukup keras untuk menarik perhatian mereka. “Dia cuma manfaatin Chris buat dapet perhatian. Katanya sih biar bisa jadi cewek paling dikenal di sekolah ini.”

Beberapa dari mereka mengerutkan kening, tapi beberapa yang lain mulai tampak tertarik mendengar cerita tersebut. Laura melanjutkan dengan tatapan polos seolah-olah hanya sedang berbagi gosip biasa. “Dan lo tau, katanya Lily itu manipulatif banget. Selalu cari cara buat ngejatuhin orang lain demi kepentingannya sendiri. Gue nggak bakal kaget kalau semua yang dia lakuin cuma akting.”

Visha yang duduk di sebelah Laura tersenyum kecil, menambahkan. “Gue pernah dengar juga, katanya dia pernah bohong soal sesuatu yang penting ke temennya sendiri. Bener-bener licik, kan?”

Rumor itu menyebar dengan cepat, seperti api yang menyambar di ladang kering. Dalam hitungan jam, cerita itu sudah beredar di seluruh sekolah. Di lorong-lorong, bisik-bisik terdengar dari siswa yang mendiskusikan tentang "manipulasi" yang dilakukan Lily. Beberapa orang mulai menghindari Lily, memandangnya dengan tatapan curiga seolah dia adalah orang yang berbeda dari yang mereka kenal sebelumnya.

Di kelas, saat Lily berjalan di lorong menuju meja, ada yang dengan sengaja berbisik-bisik lebih keras, jelas ingin dia mendengar. “Oh, dia yang katanya cuma manfaatin Chris, kan?”

Lily menunduk, berusaha tidak mendengarkan, tapi bisik-bisik itu semakin membuatnya merasa terasing.

Namun, tidak semua orang percaya begitu saja. Teman-teman dekat Lily, seperti Nisha, dan beberapa siswa lain yang benar-benar mengenalnya, langsung bisa merasakan ada yang tidak beres. Di salah satu sudut kantin, Nisha berdiri dengan tangan terlipat, mendengar gosip itu dengan ekspresi penuh kemarahan.

“Ini pasti kerjaannya Laura,” gumam Nisha, menatap sekitar. “Gue nggak akan biarin ini.”

Sementara itu, Chris, Ardian, dan Ravindra yang mendengar gosip tersebut juga mulai merasa jengah. Di salah satu sudut sekolah, mereka sedang berbincang tentang rumor yang mulai menyebar.

“Lo denger kan, gosip yang beredar?” tanya Ravindra, matanya menyipit penuh kecurigaan. “Laura pasti dalangnya.”

Ardian mengangguk tegas. “Jelas. Dia yang selalu punya cara licik kayak gini.”

Chris terdiam sesaat, wajahnya penuh dengan konflik. Dia tahu betul kalau rumor itu palsu, tapi melihat bagaimana cepatnya gosip itu menyebar, dia tahu ini lebih dari sekadar masalah kecil.

“Kita harus klarifikasi ini,” kata Chris akhirnya, tatapannya serius. “Lily nggak bisa nanganin ini sendirian.”

Ardian dan Ravindra setuju tanpa ragu. Mereka tahu bahwa melawan pengaruh Laura dan rumor yang sudah menyebar di sekolah bukanlah hal mudah, tapi membiarkan Lily terpuruk dalam tuduhan palsu ini bukanlah pilihan.

Vignet : Kilas Waktu dalam Kata-kataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang