Bab 10. Pancake 🥞

182 132 155
                                    

✎ᝰ.

Hari kedua dimulai dengan semangat yang sama seperti hari sebelumnya. Pagi itu, mereka berkumpul lagi di rumah Nisha, siap melanjutkan proyek sabun alami mereka. Nisha telah menyiapkan camilan dan minuman di meja, sementara Lily membawa beberapa alat gambar tambahan yang ia temukan di rumahnya.

Ketika Chris dan Kian tiba, mereka langsung bergabung di ruang tamu, membawa beberapa bahan yang mereka beli dari toko bahan kimia. “Gua nemu alkali yang kita butuhin di toko deket sekolah. Mereka juga punya shea butter yang Nisha bilang kemarin,” kata Chris sambil menaruh kantong-kantong plastik di atas meja.

“Bagus! Ini bakal bantu kita buat formula sabunnya jadi lebih stabil dan lembut di kulit,” ujar Kian sambil memeriksa bahan-bahan tersebut.

Lily dan Nisha mulai membahas desain kemasan lagi. Lily menggambar beberapa variasi desain, mencoba berbagai kombinasi warna dan motif yang sebelumnya mereka diskusikan. Nisha membantu dengan memberikan saran dan mengatur sketsa-sketsa yang sudah mereka buat.

Setelah selesai mendesain kemasan, Lily dan Nisha bergabung kembali dengan Chris dan Kian untuk mulai membuat adonan sabun mereka masing-masing.

Lily dan Nisha, yang memilih bahan utama pepaya, memulai dengan memotong pepaya matang menjadi potongan kecil. Lily mengambil blender dan memasukkan potongan pepaya tersebut, menghaluskannya hingga menjadi puree lembut. Sementara itu, Nisha menyiapkan minyak kelapa dan bahan-bahan lainnya, seperti sodium hidroksida (alkali) dan air, yang akan digunakan untuk membuat dasar sabun.

"Kita harus hati-hati waktu ngaduk alkali sama air, karena reaksinya bisa panas banget," ujar Nisha, sambil menuangkan air ke dalam gelas ukur. "Biar aman, kita tambahin alkali pelan-pelan aja."

Lily mengangguk, memerhatikan setiap langkah dengan seksama. Setelah campuran alkali dan air siap, mereka perlahan mencampurnya dengan minyak kelapa, menciptakan dasar sabun yang mulai mengental.

“Sekarang, waktunya kita tambahin puree pepaya ini ke dalam adonan,” kata Lily sambil menuangkan puree pepaya yang halus ke dalam adonan sabun. Mereka mengaduk perlahan, memastikan semuanya tercampur rata.

Di sisi lain, Chris dan Kian sibuk dengan bahan utama mereka, arang aktif. Chris menuangkan arang aktif ke dalam minyak kelapa yang sudah dipanaskan, menciptakan warna hitam pekat pada adonan sabun mereka. Kian, yang memegang wadah alkali dan air, menunggu sinyal dari Chris.

“Gua udah siapin minyaknya, lu bisa tuang alkali-nya pelan-pelan,” kata Chris sambil mengaduk campuran arang aktif dengan minyak kelapa.

Kian mulai menuangkan campuran alkali ke dalam minyak arang secara perlahan, memastikan semuanya tercampur dengan baik tanpa terburu-buru. “Sabun arang ini bagus buat detoks kulit, terutama yang sering kena polusi,” ujar Kian.

“Setuju. Ini bakal jadi sabun yang kuat tapi tetap alami,” jawab Chris, sambil mengaduk adonan sampai mencapai konsistensi yang tepat.

Setelah semua bahan tercampur, mereka menuangkan adonan sabun masing-masing ke dalam cetakan. Lily dan Nisha memutuskan untuk menggunakan cetakan berbentuk daun, sesuai dengan tema alami mereka, sementara Chris dan Kian memilih cetakan kotak sederhana untuk menonjolkan kesan minimalis dan modern dari sabun arang mereka.

“Sekarang kita tinggal nunggu sabunnya mengeras selama 24 jam,” kata Lily, sambil menepuk ringan tangan Nisha yang berada di dekat cetakan.

Vignet : Kilas Waktu dalam Kata-kataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang