01 : Lengkara

2.5K 370 244
                                    


"Aku tidak tahu Papa!"

"Dasar bocah idiot!"

"Tidak, aku tidak hamil!"

"Kau pucat dan muntah-muntah. Aku tahu gejalanya! Aku tidak mau tahu anak dari pengusaha itu harus bertanggung jawab!"

Kang Soojae jatuh terjerembab setelah ayahnya melepas cekikan dari leher. Ibunya tergeletak lemas di lantai dengan tubuh lebam-lebam. Air mata Soojae mengalir di pipinya yang keunguan akibat tinjuan kasar ayahnya. Meskipun lemas dan sakit, Soojae dengan susah payah merangkak mendekati sang ibu.

"Mama!"

Soojae terisak seperti anak kecil. Rasa sakit menghujam seluruh bagian tubuhnya, tetapi Soojae rupa-rupanya sudah terbiasa dengan hal demikian. Bukan sekali dua kali ayah mereka berbuat begitu keji, Soojae sudah mengalaminya sejak dia kecil. Kang Jaesuk manusia paling kasar, paling biadab dan makhluk paling menjijikan yang pernah ada. Akibat menerima begitu banyak tekanan dan kekerasan yang dilakukannya kepada sang istri, bukan hal aneh kalau Soojae terlahir dengan kekurangan. Ayahnya adalah seorang pecandu alkohol, perokok berat, suka main perempuan dan kasar. Semua orang tahu itu, tetapi tidak ada yang pernah bisa membantu. Mereka justru seolah-olah menutup mata, menghindar dan bersikap seakan mereka tidak ada. 

"Sayang ...." Soojae merasakan ibunya mengulurkan tangan. Air mata Soojae meleleh dengan cepat, bibirnya yang robek dan perih, bergetar sedih.

"Mama ... Mama tidak ...."

Soojae belum sempat berkata lagi ketika sebuah tangan kasar merenggut segumpal rambutnya ke belakang, kepala Soojae tersentak. Matanya menatap nanar dan bergetar ketakutan, mulutnya terbuka mengeluarkan kesiap kesakitan.

"Pokoknya pemuda itu harus bertanggung jawab. Dia orang kaya, kalau dia tidak mau menikahimu. Kita aborsi anaknya dan minta uang ganti rugi."

"Aku tidak hamil, Papa ...."

Jaesuk menggeram, nyaris melayangkan tamparan lagi. Ia mengurungkan niat itu dengan alasan yang tak dimengerti.

"Pokoknya pemuda itu harus bertanggung jawab. Dia merayumu, bukan? Aku melihat kalian di ladang jagung sebulan lalu dan aku tahu apa-apa saja yang dilakukan kalian di balik semak-semak."

"Gavin bilang itu cuma ciuman! Tapi Gavin tidak pernah bilang bahwa kami akan punya bayi!"

"Ini bukan salahmu, Soojae. Kau cuma gadis 19 tahun yang idiot dan tidak tahu apa-apa. Kalau pemuda kaya itu tidak mau bertanggung jawab, kita akan menyeretnya ke penjara."

"Gavin bukan orang jahat!"

"Kalau kau senang dijadikan budak seks, mengapa aku baru menyadari sekarang?" Jaesuk menggeram. Dia melepaskan cengkeraman tangan dari rambut Soojae dan berdiri.

"Kalau pemuda itu tidak bisa memberikan kita uang, akan kujual kau pada pria hidung belang."

"Tidak akan ...." Haeso bergumam, matanya menyala-nyala oleh kebencian. Dia dengan segenap perasaan hancur merengkuh sang anak ke dalam dekapan.

"Tidak akan kubiarkan kau melakukannya, Jaesuk.!"

Si pria meludah, lalu menyeringai. "Soojae tidak sepolos itu, dia sudah pintar mengangkang. Enak sekali pemuda itu menikmatinya tanpa membayar? Pokoknya aku sudah bosan hidup susah terus. Anak idiot itu setidaknya bisa dijual untuk uang, bukan?"

Pipi Soojae panas karena rasa terhina, tetapi baru kali ini Soojae bisa menunjukkan perasaannya secara gamblang, biasanya gadis itu hanya tahu kalau dirinya telah dipukul dan menangis. Sejak kecil, ia nyaris tak pernah diberi kesempatan untuk mengekpresikan diri atau berusaha melawan ayahnya, ia selalu saja kalah dan tak berdaya.

My Flower Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang