Malam-malam berlalu dengan cepat, tetapi luka lama dari masa lalu masih urung terobati. Tak peduli betapa keras berusaha, rasa kecewa itu terus hadir dan menyakitinya dalam kesepian yang panjang.
Dante berusaha untuk tidur, sudah berulang kali dia mengubah posisi untuk menemukan kenyamanan. Namun, tak satu pun usahanya membuahkan hasil. Dante letih, tetapi tubuhnya justru membuat tipuan seakan-akan ia tak butuh tidur.
Pikiran Dante tertuju pada kontrak-kontrak, pembukuan dan juga ladang-ladang miliknya. Kemudian terus bercabang pada kematian Haeso dan Jaesuk, nasihat Namjoon dan wajah memelas Kang Soojae.
Ya, salah satu alasan mengapa Dante tak bisa tidur adalah karena memikirkan Soojae. Memikirkan keputusan apa yang harus diambil dalam keadaan seperti ini. Kematian Jaesuk dan Haeso sudah berlalu, seharusnya Dante tak perlu banyak berpikir, dan menceraikan seorang gadis seperti Soojae bukanlah hal sulit, tetapi justru Dante kesulitan.
Sebab, Dante tak bisa mengabaikan permintaan Haeso yang terselip di antara pesan-pesan untuk Soojae. Pesan yang berisi harapan, kepercayaan penuh dan pengabdian.
Untuk Tuan Dante. Aku tidak tahu bagaimana harus memulai, tetapi aku bersyukur Soojae menikahi lelaki seperti Tuan. Kalau Tuan membaca surat ini dan aku sudah tidak di sisi Soojae.
Berjanjilah bahwa Tuan akan menjaga putriku. Soojae telah banyak menderita karena kesalahanku. Aku adalah ibu yang gagal karena tak pernah memberinya kebahagiaan, tetapi aku yakin Tuan bisa memberikan semua yang tak bisa aku berikan.
Soojae gadis yang berbeda, dia mungkin akan lebih banyak merepotkan Tuan dengan ocehan-ocehannya. Sejak aku mengetahui kekurangan Soojae, aku menganggapnya sebagai anugerah. Soojae hanya sedikit kesulitan saat mencerna pelajaran. Dia gadis yang pintar, tetapi kadang-kadang tak bisa mengerti beberapa hal. Kurasa Tuan akan memakluminya.
Ada satu hal yang sudah lama ingin kuberitahu. Soojae tidak hamil. Maaf karena telah membohongimu selama ini. Aku tahu kalau putriku tidak hamil bahkan sebelum kami pergi ke dokter, aku ibunya dan aku mengenal Soojae seperti sedang bercermin.
Sekali lagi aku minta maaf, aku sengaja melakukannya karena sudah tak tahan melihat Soojae menderita. Jaesuk benar-benar monster, aku berpikir dengan menikahkan putriku denganmu, dia akan terselamatkan sebelum semuanya terlambat. Aku minta maaf atas semua ketidaknyamanan ini. Tolong jangan membenci Soojae ... dia tidak bersalah.
Berjanjilah bahwa Tuan akan menjaga Soojae untukku. Hanya itu yang aku inginkan.Haeso.
"Sial!" Dante duduk tegak di tempat tidur. Marah sekali saat menuruni ranjang, lalu meraih segelas air dari atas meja di dekat situ.
Mengapa Dante harus resah? Itu hanya permintaan dari orang mati, dan ia tak terikat apa pun dengan Haeso! Tetapi sial! Dante benci hati nuraninya ini. Dia benci harus memikirkannya.
Merasa tak karuan, Dante memutuskan untuk membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Angin malam berembus masuk. Seluruh bagian tubuhnya mendingin, dihirupnya udara sejuk itu dalam-dalam. Lama Dante berdiri memandang halaman rumah, sampai kemudian dia merasakan dorongan untuk mabuk. Ya, tetapi ia lupa meminta bibi Veda menyisihkan anggur di kamar.
Wanita itu pasti sudah tidur sekarang, jadi Dante berinisiatif untuk pergi sendiri ke tempat penyimpanan anggur. Ruangan itu ada di bagian dekat dapur, dan Dante sudah pindah kamar sejak kamarnya dihias untuk ritual malam pertama itu. Dante merasa geli pada diri sendiri setiap ia masuk ke kamar dan terbayang Soojae berbaring di atas ranjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Flower Girl
FanfictionKang Soojae terjebak rayuan manis Hwan Gang Vin. Ketika dikabarkan kalau Soojae hamil dan keluarga gadis itu meminta pertanggungjawaban, Gavin justru mengalami kecelakaan. Karena tak ingin nama keluarganya tercemar. Hwan Dante bersedia untuk bertang...