14 : Tersembunyi

1.9K 335 178
                                    

"Kau tidak memintaku untuk berhenti?"

"Aku tidak tahu."

"Kau tahu aku berniat memanfaatkan tubuhmu, Soojae?"

"Mmm ...." Soojae ragu-ragu.

"Kalau kau menghentikanku sekarang, aku akan berhenti."

Soojae tidak berusaha untuk menghentikan Dante ketika pria itu menyusupkan salah satu tangan ke bagian bawah tubuhnya, tepat di bagian depan celana dalam gadis itu. Dante memainkan jarinya di sana. Ekspresinya nampak tenang, tetapi tidak cukup banyak menutupi betapa dia sangat bergairah pada gadis itu.

"Kau lembab," bisik Dante parau, Soojae terkesiap saat Dante menekan titik sensitif di sana. Ia mendongak menatap Dante, yang sedang berjuang mengendalikan diri.

"Rasanya Hangat ...."

Pipi Soojae merona bagai buah persik, rona itu membuat Dante yakin bahwa ia bukan sedang bermimpi. Ia sedang berbaring di atas tempat tidur istrinya, dengan kejantanan sekeras batu.

"Kau benar-benar tidak tahu apa-apa."

Dante melanjutkan, "Gerakkan pinggulmu."

Dante menuntun Soojae untuk bergerak, saat gadis itu melakukannya. Seluruh bagian tubuh Dante tegang oleh nafsu berahi, giginya saling gemertak, sementara Soojae menggesekkan pusat tubuh mereka di balik kain celana dalam dan celana Dante yang tipis. Gadis itu bahkan tidak tahu apa yang baru saja dilakukannya, tatapan Soojae nampak polos dan itu membuat Dante merasa seperti seorang pedofil. Ya, tapi Dante tidak bisa berhenti, tidak mau lebih tepatnya.

"Sial!"

Dante mengangkat tubuh dari bantal, lengan-lengannya yang kuat melingkari punggung Soojae dan dengan begitu mudah ia telah berada di atas gadis itu lagi. Soojae merasakan pipinya terbakar oleh napas Dante yang kasar dan memburu, bakal janggut seumur 3 hari di rahangnya menggesek wajah dan bagian lembut di leher Soojae.

"Apakah Tuan akan memberiku hadiah seperti yang dijanjikan Gavin?"

Ciuman Dante terhenti, kepalanya seakan kosong. Bisa dibayangkan ada asap keluar dari atas rambutnya yang kusut dan dalam keadaan linglung Dante menatap wajah Soojae, yang dengan begitu polos menyerah di bawah kendalinya.

"Berengsek!"

Secara mengejutkan, Dante melepas Soojae dan menegakkan punggung. Pria itu menyumpah-nyumpah dengan kasar, sampai-sampai Soojae ketakutan setengah mati. Apa yang terjadi? Apa ia melakukan kesalahan? Itulah yang terus menjadi pertanyaan di dalam kepala Soojae.

Ia tidak pernah melihat Dante semarah itu, bahkan saat Dante menegur pekerjanya yang tidak becus. Soojae selalu melihat Dante dalam ketenangan, tetapi ledakan amarah pria itu membuatnya menjadi gelisah.

"Tuan?"

Dante turun dari ranjang, tubuhnya setegang kawat dan ia berjalan mondar-mandir di sana. Tentu saja, sejak tadi akal sehat Dante memang sedang tidak berfungsi, tetapi ketika Soojae membawa-bawa nama anaknya, Dante langsung teringat wajah mendiang istrinya.

Rasa bersalah, amarah dan kebencian bersatu menjadi lingkaran yang tak berujung. Ya Tuhan! Apa sih yang telah ia lakukan tadi? Mencumbu Soojae dan berniat memangsanya.

Berengsek! Padahal Dante sudah berusaha untuk tidak menyentuh gadis itu, tapi siapa yang akan tahan memiliki istri yang begitu muda dan polos? Yang dengan begitu lugu meminta ciuman kecil setiap merasa senang?

Ya, sejak kapan Dante tertarik pada gadis hijau? Yang bahkan tidak bisa membedakan mana kecupan dan mana ciuman?

Sejak kapan Dante tergiur oleh gadis muda yang bahkan tak pernah diduga akan datang dalam kehidupannya ini?

Saat teringat akan jarak umur serta kekurangan Soojae dalam berpikir, Dante merasa sangat bersalah.

Ia marah, tetapi bukan pada Soojae. Melainkan pada dirinya sendiri. Pertama kalinya bagi Dante karena tak bisa menepati janji. Padahal tempo lalu, ia sudah dengan yakin menegaskan pada diri sendiri, bahwa ia tidak akan menyentuh Soojae.

Ya, tapi saat itu ia menganggap Soojae sedang mengandung anak Gavin. Saat kenyataan terungkap, semuanya menjadi berbeda. Seperti ada tali yang melepaskan kendalinya, seakan memberitahu bahwa Dante tak perlu lagi merasa sungkan menyentuh Soojae karena gadis itu sedang mengandung anak Gavin.

Soojae benar-benar mengacaukan segalanya!

"Aku harus pergi."

Soojae langsung duduk di bibir ranjang, hendak merengek agar tidak ditinggal sendirian, tetapi dengan ajaib lampu di kamar menyala.

Dante menjadikan itu kesempatan untuk pergi.

"Tuan ...."

Soojae mengejar Dante sampai ke ambang pintu, gadis itu dengan penuh penyesalan berkata, "Maafkan aku ... aku tidak bermaksud membuat Tuan marah."

Dante tidak berbalik untuk menatap Soojae, tetapi dalam keheningan malam yang pekat, suara Dante begitu jelas terdengar, "Ya, bukan salahmu kalau kau terlahir dengan kekurangan dan wajah yang cantik. Lupakan yang pernah terjadi, jangan ganggu aku lagi. Kau mengerti?"

Soojae menyahut dengan gumaman kecewa, memandang punggung tegang Dante menjauh dari kamarnya. Dalam kesendirian tersebut, Soojae menyentuh bibirnya yang terasa bengkak dan panas.

Ia masih bisa merasakan Dante di mulutnya, bau obat kumur yang ... masih terasa manis dan pedas. Soojae menutup pintu kamar, bersandar di baliknya sambil memegangi dada.

Oh! Apa yang terjadi kepadanya? Mengapa Soojae merasa begitu kecewa dan sedih? Mengapa ia menjadi sangat terluka ditinggalkan begitu saja, padahal tadi Dante sudah menciumnya dengan begitu ... begitu ....

Omong-omong Soojae belum pernah dicium dengan begitu liar. Gavin tidak sehebat Dante, ciumannya tidak berpengalaman seperti ayahnya.

Dengan langkah gontai, Soojae naik ke tempat tidur dan mengusapkan tangan ke tempat di mana Dante pernah berbaring.

Meskipun berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi, Soojae masih tak mendapatkan kesimpulan. Arti dari sebuah ciuman dan pikiran orang dewasa sama rumitnya seperti rumus matematika, Soojae tidak suka matematika.

Mungkin saja karena hal demikian, hatinya menjadi sangat sedih. Sampai-sampai ia tak bisa bernapas dengan baik.

"Apakah Tuan marah karena aku meminta diberi hadiah?"

Soojae memeluk boneka beruangnya di bawah dagu, dalam sekejap ia sudah terlelap dengan begitu tenang, tetapi keesokan pagi dan seterusnya, Soojae tak pernah lagi melihat Dante.

Kemudian, suatu hari Dante pulang dengan di antar sopir, tetapi Dante tidak datang sendirian. Ia membawa seorang wanita cantik ke rumah, yang dengan senyum pongah memperkenalkan diri sebagai Jung Harin. Wanita yang berambisi untuk menaklukan Dante dan mendapatkan segalanya. []

HaderKim/20/12/22

Penonton auto kecoa gk dpt adegan kuda-kudaan. Sabar yang kakak sekalian, Soojae masih piyik bangt. Dia harus diajarin sama Yeonji dlu sedikit-sedikit, biar makin hot pas ngegoda Omnya 🌚🤭

My Flower Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang