11 : Pelukan

1.5K 359 253
                                    

Ponsel Dante berdering beberapa detik setelah pria itu mengatakan bahwa dia akan menceraikan istrinya. Sementara Soojae masih terisak, Dante menjawab telepon dan mendengarkan dengan seksama. Selama beberapa saat, tak satu pun ekspresi tergambar di wajah lelaki itu. Bibirnya terkatup saja, jemarinya menggenggam ponsel dalam keheningan. Setelah menjawab dengan gumaman pelan, Dante memasukkan ponselnya kembali, wajahnya tegang sekali ketika berbalik ke arah Soojae. Dilihatnya gadis itu tengah memainkan jemari di atas pola-pola selimut rumah sakit. Dante tidak mengatakan apa-apa, ia berdiri saja di sana selama beberapa detik. Seolah-olah ada lemari es yang membekukan tubuhnya dalam sekejap, seolah ada batu besar yang tiba-tiba dijatuhkan tepat di atas bahunya.

"Kau bisa berjalan?"

Mendapat panggilan dari sang suami. Soojae mengangkat wajah, mata gadis itu sembab, hidungnya kemerahan dan bibirnya pucat. Dante mengerutkan alis, kemudian dia menghampiri gadis itu.

"Aku rasa ... bisa."

"Bersiaplah, kita pulang sekarang."

"Apakah Kak Naree ada di luar?"

"Ya, tapi aku melarangnya masuk ke sini."

"Kenapa?"

"Karena kau istriku dan aku ingin bicara empat mata denganmu."

"Soal bayi?"

"Ya, aku masih tak menyangka kau akan menipuku, Soojae."

Tatapan mata Dante masih sarat akan amarah, tetapi kali ini amarah itu tertutup selubung rahasia, yang membuat Soojae berhasil menarik napas lega.

"Seharusnya aku memberitahu Tuan, tapi ... aku takut." Dilihatnya Soojae menatap dengan sepasang mata besar yang jernih. Dante nyaris luluh melihatnya, sebab sorot mata Soojae begitu murni, penuh harap dan jujur, seperti anak kecil umur 2 tahun.

"Kau akan pulang bersama Kak Naree."

Kabar itu sangat mengejutkan. Tentu saja, siapa yang tidak akan terkejut kalau seorang polisi tiba-tiba menghubunginya untuk dimintai penjelasan? Tadinya, Dante berpikir kalau salah satu pekerja prianya terlibat perkelahian yang brutal atau terjerat undang-undang karena berkendara sambil mabuk. Ternyata dugaannya salah, yang dikatakan polisi barusan lebih mengejutkan lagi.

Berita yang akan menggemparkan sebagian  besar masyarakat di daerahnya. Ya, mungkin kalau berita itu langsung diterima Soojae atau Naree. Mereka akan jatuh terduduk karena saking terkejutnya? Tapi Dante sudah terlatih menerima kabar-kabar mengejutkan.

Jadi, meskipun ia terkejut luas biasa. Ia masih bisa mengontrol diri.
Bagaimana Dante harus mengatakan kabar ini pada Soojae? Dante tidak yakin bisa tahan mendengar isak tangis Soojae, entah mengapa ia mendadak benci membayangkan dirinya akan mendengar gadis itu menangis, meratap dan memohon; padahal beberapa menit lalu ia baru saja membuat gadis itu menangis karena ketakutan.

Tidak, rasanya Dante tidak mau melakukannya. Dante tidak bisa dan tidak akan, ia tidak mau membayangkan ekspresi yang terpancar di wajah Soojae saat berita kematian itu diberikan.

Biarlah Namjoon atau siapa pun yang mengatakan kabar mengerikan itu. Soojae masih sakit, bukan? Lebih baik gadis itu tidak tahu sebelum mereka sampai di rumah.

"Tuan?"

"Ya?"

"Apakah Tuan benar-benar akan menceraikanku?"

My Flower Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang