Gavin tidak menepati janji. Ketika Dante tiba di rumah, bibi Veda mengatakan kalau Gavin pergi ke club bersama teman-temannya. Padahal Dante sudah melakukan perjalanan jauh dan bahkan rela mengundur jadwal perjalanan bisnisnya demi bisa makan malam bersama Gavin, tetapi bocah itu justru mempermainkannya. Merasa marah, Dante pergi mengendarai mobilnya sendiri menuju kota yang terang benderang. Gavin benar-benar membuat Dante nyaris terkena tekanan darah tinggi, kalau tidak membangkang maka Gavin akan mengingkari janji.
"Anak itu benar-benar minta dicekik!"
Dante telah menghubungi salah satu teman Gavin yang pada awalnya menolak memberitahu di mana mereka berada. Akhirnya, setelah membuat Dante marah-marah dan mengancam sadis. Pemuda itu mau memberitahu di mana mereka berada.
Setelah itu, bisa dipastikan kalau teman-teman Gavin kabur tunggang-langgang karena takut berurusan dengan Dante, dengan seorang pria dewasa yang memiliki segalanya, yang bisa melakukan apa saja dengan uang, yang bisa membuat mereka jera hanya dengan menjentikkan jari. Tidak sulit bagi Dante menemukan Gavin, tetapi ketika ia turun dari mobil dan berjalan menuju club malam. Tengah terjadi keributan di lahan parkir, didengarnya teriakan-teriakan dan dihampirinya asal suara itu. Tentu saja, karena Dante mengenal suara putranya yang kelihatan sudah mabuk.
"Maafkan aku Gavin! Aku tidak bermaksud memberitahu Mama dan Papa!"
"Kau bicara ngawur. Mana mungkin kau hamil!"
"Bajingan sekali kau! Setelah memanfaatkan kepolosan putriku, sekarang kau tidak mau bertanggung jawab!"
Dante terkejut melihat rahang putranya ditinju kuat-kuat oleh kepalan tangan pria dewasa yang kelihatan marah sekali, yang langsung merenggut kerah pakaiannya begitu Gavin jatuh terjengkang ke belakang.
Selama beberapa saat, Dante berusaha memahami situasi. Gadis muda menangis, pria marah yang putus asa dan keseriusan dari kondisi itu. Putranya terlibat masalah, tetapi Dante belum memahami sepenuhnya sebelum pria itu berteriak, "Kau harus bertanggung jawab! Putriku hamil dan aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja!"
"Putrimu itu pelacur kecil! Dia yang menawarkan padaku!" Gavin meludah ke tanah, lalu menyeringai.
"Bajingan!"
"Papa! Tolong jangan sakiti Gavin!"
"Diam kau, sialan!"
Dengan dress yang nampak lusuh dan keadaan yang menyedihkan, Dante merasa mengenali gadis itu. Alis Dante saling bertaut ... jangan-jangan.
"Aku memang pernah menyentuhnya, satu kali! Tapi dia kan pelacur berwajah lugu. Itu pasti anak pria lain!"
"Berengsek kau!"
Kalau saja Haeso ada di sana, wanita itu akan dengan senang hati bertepuk tangan atas sandiwara yang dilakukan suaminya. Sebab, tingkah Jaesuk benar-benar persis seperti seorang ayah yang putus asa, yang begitu mencintai putrinya dan tidak rela mendapati gadis itu dihamili.
"Pokoknya kau harus menikahinya atau aku akan melapor ke polisi!"
Jaesuk nyaris melayangkan satu pukulan lagi, tetapi Soojae dengan berderai air mata menahan tubuh pria itu, yang malah berakhir buruk. Soojae terhempas jatuh tepat di bawah kaki Dante dan pria itu dengan wajah tanpa eskpresi, membungkuk di atasnya.
Keadaan Soojae benar-benar menyedihkan. Lebam keunguan di bahu nampak mengintip dari lubang leher dress lusuh gadis itu, di dagunya terdapat plester kecil yang Dante yakini digunakan untuk menyembunyikan luka robek. Bibir Soojae kering dan wajah gadis itu pucat ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Flower Girl
FanfictionKang Soojae terjebak rayuan manis Hwan Gang Vin. Ketika dikabarkan kalau Soojae hamil dan keluarga gadis itu meminta pertanggungjawaban, Gavin justru mengalami kecelakaan. Karena tak ingin nama keluarganya tercemar. Hwan Dante bersedia untuk bertang...