"Sudah siap?"
"Hm ...."
"Mengapa wajahmu cemberut begitu?"
Soojae menggeleng cepat, kemudian tanpa mengatakan apa-apa naik ke dalam mobil. Dante masih berdiri di pintu yang terbuka, alisnya saling menyatu tanda bahwa ia tengah memikirkan hal apa yang membuat suasana hati Soojae buruk kembali. Padahal beberapa waktu lalu, gadis itu setuju untuk pergi keluar bersama Dante.
Soojae bahkan memakai dress terbaiknya, selop bunga-bunga dan juga rambut yang diikat rapih.
"Ada apa?"
Dante membungkuk ke dekat gadis itu. Soojae menundukkan pandangan ke arah pangkuannya, tempat di mana kedua tangannya saling bertaut.
"Soojae, kalau kau tidak mau pergi. Aku tidak akan memaksa."
Barulah saat itu Soojae mau berhadap-hadapan dengan Dante, ia menengadah sedikit untuk menatap wajah pria yang telah dinikahinya beberapa bulan lalu. Wajah tampan yang sama, wajah kaku yang sama, kini menatap balik dengan sedikit kelembutan.
"Aku mau pergi, kok."
"Lantas mengapa kau kelihatan murung?"
"Wajahku ...."
"Hm? Ada apa dengan wajahmu?"
Kemudian setelah susah payah menahan diri, sekali lagi air mata Soojae keluar mengalir di pipi. Dante bahkan tidak bergerak sebelum Soojae berkata, "Wajahku aneh, lihat! Mataku bengkak, hidungku merah. Bibi Veda bilang aku bisa menutupi hidung yang merah dengan bedak, tapi ... tapi mataku masih bengkak. Jelek sekali!"
Selama beberapa detik yang terasa lama, Dante nyaris tak bisa mencerna ucapan Soojae sebelum mendengar gadis itu mendengkus dengan kecewa.
"Aku takut membuat Tuan difitnah orang karena melihat wajahku."
Dante nyaris tak bisa bicara. Lidahnya seakan menempel di langit-langit mulut, sikap tubuhnya sekaku kayu dan matanya nyaris tidak mampu membalas tatapan mata Soojae yang penuh permohonan.
"Sini coba kulihat wajahmu."
Akhirnya Dante mampu bicara juga. Menghadirkan rasa heran dalam diri pria dewasa itu selama beberapa waktu. Orang setegas Dante, yang selalu memberikan perintah-perintah mutlak, yang mampu memberi saran-saran berkualitas di depan banyak rekan-rekan bisnisnya tanpa terbelit lidah--nyaris kehilangan kata di hadapan gadis yang bahkan belum mampu menyelesaikan pelajaran dasarnya.
Ada apa?
Apakah Dante sedang salah tingkah? Tapi dia adalah pria dewasa berumur 40 tahun? Apakah itu mampu terjadi kepadanya lagi? Apakah itu pantas?
Hampir sepanjang hidupnya, Dante tidak pernah jadi salah tingkah sampai ke taraf di mana ia benar-benar merasa kepalanya kosong oleh sesuatu.
"Tuan mau memeriksa wajahku?"
Padahal Dante sudah bisa melihat dengan jelas seperti apa wajah Soojae.
Tidak ada bentuk wajah aneh persis yang diceritakan gadis itu, Dante justru temukan sepasang alis yang terukir rapih di atas mata Soojae, dengan sepasang pipi lembut dan hidung tinggi kecil yang manis. Mata Soojae memang agak bengkak karena bekas menangis, tapi kondisinya tidak seburuk yang Soojae bayangkan.
"Jelek 'kan?"
Soojae bertanya demikian setelah Dante menatapnya dalam-dalam. Kemudian pria itu menangkup wajah Soojae dengan kedua tangan, bibirnya yang kaku itu, yang sering terkatup rapat bagai diberi lem perekat akhirnya mengukir senyum kaku.
"Tidak ada yang aneh dengan wajahmu, masih cantik seperti Soojae yang kukenal."
Oh! Jimin pasti tertawa terpingkal-pingkal kalau mendengar Dante berucap demikian. Sahabatnya itu pasti akan senang membayangkan Dante akhirnya mau menyingkirkan rasa gengsi dan menjilat ludahnya sendiri untuk pertama kali hanya karena ia merasa cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Flower Girl
FanfictionKang Soojae terjebak rayuan manis Hwan Gang Vin. Ketika dikabarkan kalau Soojae hamil dan keluarga gadis itu meminta pertanggungjawaban, Gavin justru mengalami kecelakaan. Karena tak ingin nama keluarganya tercemar. Hwan Dante bersedia untuk bertang...