"Aku tak mengerti ucapan Tuan."
"Sebaiknya memang begitu."
Dante menjauh setelah susah payah meyakinkan diri untuk tidak berbuat macam-macam pada Soojae. Meskipun gadis itu nampak menggemaskan dengan dress bunga-bunga dan rambut yang dikepang dua, Dante menegaskan diri untuk tidak mudah terpengaruh terhadap jebakan yang dipasang mentah-mentah itu.
Sejak menjadi seorang duda, Dante telah banyak menerima godaan-godaan dari rekan bisnis dan atau anak buahnya sendiri. Wanita-wanita itu cantik, pintar dan berkelas. Mereka melakukan apa pun untuk menarik perhatian Dante, terang-terangan menunjukkan minat dan dengan sengaja menaruh perangkap.
Dante telah terlatih untuk mengenal semua jenis perangkap wanita, tetapi baru sekarang ia menghadapi perangkap yang sulit di deteksi, begitu ahli Soojae menaruh semua perangkap itu di posisi-posisi yang sulit ditebak.
Sebaiknya Dante harus berhati-hati, tapi meskipun sudah beribu kali memperingatkan diri sendiri. Dante lagi dan lagi tak bisa menolak kenyataan bahwa Soojae memang gadis yang manis.
Cara berpikirnya, tingkah lakunya dan bagaimana gadis itu mengisi ruang-ruang dalam hidupnya benar-benar menghipnotis Dante untuk membuka pintu hati. Pintu di mana Dante membiarkan dirinya mengagumi Soojae, pintu di mana ia bisa memikirkan betapa besar pengaruh gadis itu terhadap hidupnya.
Sejak Soojae datang dengan cara yang tak terduga. Dante telah dengan tegas mencap gadis itu sebagai beban lain yang akan menghambat dan mencemari ketenangannya, tetapi akhir-akhir ini Dante justru merasa bersyukur karena Soojae telah membantunya kembali merasa hidup. Hidup seperti orang normal yang merasa senang oleh hal-hal sederhana, geli yang asing di ulu hati, atau aliran gairah dalam setiap saraf tubuhnya.
"Jadi, kapan aku akan mendapat hadiahku?"
Dante menunduk tepat saat Soojae mendongak menatapnya, yang sedari tadi sudah berdiri dengan kedua tangan tersimpan di saku celana.
"Setelah kau menggenapkan umurmu."
"Besok, ya?"
Dante belum memikirkan apa pun soal pengaman yang diinginkan Soojae. Memikirkan hal itu saja sudah membuat perutnya serasa diaduk-aduk oleh tangan-tangan nakal.
Akan seperti apa rasanya kalau Soojae memakaikan benda itu ke miliknya?
Akan seperti apa reaksi Soojae saat Dante untuk pertama kali membiarkan gadis itu menyentuhnya?
Dante tak mau memikirkan semua itu, tapi sialnya semakin ia berusaha dorongan itu semakin tak terkendali.
"Tuan harus berjanji."
"Hm ...."
"Aku tak sabar untuk esok."
Soojae berdiri, menepuk-nepuk dress-nya sebelum berkacak pinggang. Dante sedang tak fokus ketika Soojae berbalik ke arah Neziha, yang langsung menghampirinya layak magnet.
"Aku mau jalan-jalan dengan Neziha!"
Dante melihat Soojae sama sekali tidak kesulitan ketika mengangkat tubuhnya ke punggung Neziha, gaunnya berkibar sesaat sebelum turun rendah tepat di atas sepasang paha yang telanjang. Itu adalah pemandangan paling indah dan paling seksi yang pernah Soojae tunjukan pada suaminya.
Paha-paha Soojae kuat, menempel dengan kokoh di tubuh Neziha. Gadis itu duduk tegak tanpa pelana dan tali kekang, payudaranya membusung dengan percaya diri, ia sama sekali tidak takut terjatuh sementara berpegangan pada surai Neziha yang panjang, duduk nyaman dengan mengandalkan keseimbangan tubuh dan kepercayaan terhadap sang kuda.
Ini pertama kali bagi Dante melihat seorang pemula bisa melakukan hal seperti itu terhadap kuda yang baru dikenalnya selama beberapa waktu.
Tanpa memikirkan Dante atau bagaimana cara pria itu menatapnya, Soojae menekan rusuk Neziha dengan tumit kaki sebelum melaju pergi. Beberapa menit kemudian Soojae kembali sambil tersenyum senang, di dahinya terdapat bulir-bulir keringat, beberapa helai rambut keluar terkena angin tapi sama sekali tak mengurangi kecantikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Flower Girl
FanfictionKang Soojae terjebak rayuan manis Hwan Gang Vin. Ketika dikabarkan kalau Soojae hamil dan keluarga gadis itu meminta pertanggungjawaban, Gavin justru mengalami kecelakaan. Karena tak ingin nama keluarganya tercemar. Hwan Dante bersedia untuk bertang...