Dante tidak percaya dengan yang dilakukannya pada Soojae setelah janji-janjinya tempo lalu. Saat bibirnya menyapu bibir lembut istri kecilnya itu, ingatan masa lalu dan tekadnya berjatuhan seperti sasaran tembak.
Kemudian menyadari kalau usahanya untuk menolak daya pikat Soojae adalah hal sia-sia. Dante sudah terlanjur basah dengan menikahi Soojae, menciumnya satu kali waktu itu. Dante harusnya tidak mencium Soojae, harusnya ... karena sebagai seorang pria dewasa, ia tidak akan cukup hanya dengan satu ciuman.
Keadaannya sekarang bisa diibaratkan seperti orang yang sudah basah kuyup, jadi tidak ada salahnya ia berenang sekalian. Menikmati betapa indah, manis dan lembutnya rasa gadis itu di lidahnya.
"Kau bahkan tidak tahu apa itu berhubungan seks, Soojae. Aku yakin kau hanya tahu soal ciuman."
Dante berbisik di telinga Soojae, telinga lembut yang nampak memerah karena dorongan gairah melebihi rasa sakit di bagian bawah perutnya.
"Aku tahu kok."
Soojae bernapas dengan gemetar, matanya menatap Dante dengan malu-malu. Memainkan jarinya membentuk pola-pola abstrak di atas dada pria itu. Selama beberapa saat Dante memperhatikan Soojae dengan tatapan tajam, nyaris menyesal karena tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium Soojae, tetapi ya ... akhir-akhir ini pikirannya kacau dan Soojae selalu berhasil menjadi pemicu di mana kendalinya melemah.
Mengapa harus begitu?
Dante sendiri tidak tahu. Mungkin ucapan Jimin ada benarnya. Ia butuh berhubungan seks untuk melepas semua beban pikiran dan kegelisahannya selama ini.
Beberapa waktu lalu ia mampir ke apartemen Jimin setelah lama tidak saling bertemu, mereka menghabiskan beberapa jam bersama sambil meminum anggur dan mengenang masa lalu. Dante tidak berusaha menutupi pernikahannya dengan Jimin, menceritakan Soojae pada pria itu dan betapa Soojae sangat membuatnya kewalahan.
Jimin sempat marah karena tidak mendapat undangan ke pernikahan sahabatnya tersebut, mengatasi Dante bajingan kejam yang tak punya hati, sedetik kemudian tertawa terbahak-bahak dengan caranya yang khas.
"Dante, kau bukan anak remaja lagi! Ingat, kau sudah kepala empat!"
Jimin masih tertawa, menyesap anggurnya sambil lalu menggeleng-geleng. "Soojae sudah dewasa dan dia istrimu. Mengapa kau harus menahan diri? Aku tahu kau juga menginginkannya."
Dante tidak berusaha menyangkal. Ya, dia menginginkan Soojae, tetapi hanya secara fisik. Meskipun ia tidak mau menyentuh gadis itu, tetapi ia tetap saja pria normal, dan Soojae adalah istrinya, yang halal untuk disentuh dan secara tidak langsung merupakan wanitanya.
Sudah berapa lama mereka menikah?
Mungkin sudah nyaris 4 bulan?
4 bulan, sebagai seorang suami ia sama sekali tidak menuntut apa pun dari Soojae, hanya satu ciuman terjadi dan itu hanya kesalahan. Namun, kesalahan itu mendatangkan kesalahan-kesalahan lainnya.
"Aku tidak bisa meniduri Soojae. Gadis yang tidak mengerti apa pun, dia punya kekurangan."
"Apa?" Jimin kelihatan tertarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Flower Girl
Fiksi PenggemarKang Soojae terjebak rayuan manis Hwan Gang Vin. Ketika dikabarkan kalau Soojae hamil dan keluarga gadis itu meminta pertanggungjawaban, Gavin justru mengalami kecelakaan. Karena tak ingin nama keluarganya tercemar. Hwan Dante bersedia untuk bertang...