Sejak hari itu, Dante berusaha untuk tidak terlalu dekat dengan Soojae. Baru kali pertama, Dante merasa sangat bersyukur karena memiliki banyak pekerjaan yang menyita waktu. Sehingga ia nyaris tak bertemu sapa dengan Soojae selama seminggu terakhir.
Ia menghabiskan sebagian besar waktu di kantor, untuk perjalanan bisnis dan selalu pulang larut malam. Setiap ia kembali ke rumah, Soojae sudah terlelap di kamarnya dan selalu berangkat pagi-pagi sekali bahkan sebelum gadis itu keluar dari kamar.
Hari ini, Dante memilih untuk bersantai, tetapi tetap berada di ruang kerja untuk menerima telepon-telepon dari teman bisnis.
"Aku akan meminta Cassian memproses berkasnya. Tidak, ya benar ... terima kasih."
"Mengapa kau tidak pergi keluar untuk berjalan-jalan?"
Dante meletakkan ponselnya ke atas meja dan menengadah saat bibi Veda melongok dari balik pintu.
"Aku ingin membaca beberapa buku sebelum pergi keluar."
"Hm, kebetulan sekali nona Soojae sedang belajar membaca."
"Apa?"
Bibi Veda menatap Dante tanpa dosa. Ya, tapi Dante terlampau hapal dengan cara berpikir wanita itu. Pasti bibi Veda sedang merencanakan sesuatu.
"Nona Soojae ribut ingin belajar membaca, dia memintaku mengajarinya, tetapi pekerjaan rumah tak bisa menunda. Aku harus membersihkan beranda belakang dan kamar mandi. Boleh minta tolong?"
"Tidak, kalau gadis itu ...."
"Sayang sekali, Soojae sudah ada di sini."
Dante melihat bibi Veda menoleh ke luar, lalu memberi isyarat dengan tangan. Soojae muncul beberapa detik kemudian, dengan blus dan rok rempel biru. Rambut hitam gadis itu dikepang satu, pipinya nampak bulat kemerahan dan sepasang matanya yang besar itu menatap Dante dengan sorot yang sulit diartikan.
Tatapan macam apa itu? Apakah Soojae berusaha merayunya? Astaga! Tidak, itu tatapan polos penuh permohonan. Tatapan anak belia, yang berharap ayahnya mau membelikan dua potong cokelat sebagai hadiah.
"Masuklah, kurasa Tuan Dante tidak keberatan mengajarimu membaca. Dia itu suka membaca."
Soojae melangkah ragu-ragu, tetapi bibi Veda mendorongnya masuk lalu menutup pintu. Hanya keheningan yang tersisa di antara mereka.
Mengingat kejadian beberapa hari lalu, rasanya agak aneh dan canggung berduaan di dalam satu ruang yang sama dengan Soojae.
Ya, itu cuma kecupan kecil. Kecupan yang bisa dianggap Dante diberikan oleh keponakannya, ya tapi ia tak punya keponakan yang dinikahi, atau keponakan yang bersikap seperti anak kecil tetapi sudah cukup dewasa untuk dicium dengan lidah.
"Apakah aku mengganggu Tuan?"
Dante tidak merespon, ia menunduk untuk membuka lembaran buku dan lanjut membaca. Soojae berdiri di sana dengan sabar, menunggu sampai-sampai kakinya terasa pegal.
"Tuan?"
"Ya?"
"Tuan masih marah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Flower Girl
FanfictionKang Soojae terjebak rayuan manis Hwan Gang Vin. Ketika dikabarkan kalau Soojae hamil dan keluarga gadis itu meminta pertanggungjawaban, Gavin justru mengalami kecelakaan. Karena tak ingin nama keluarganya tercemar. Hwan Dante bersedia untuk bertang...