☁40 - See You [END]

29 1 0
                                    

-"For some people, it takes courage to accept the fact that the wheel of life doesn't always turn the way you want it to. There are many ways to deal with it. So why not try to learn to accept it or change it."-

Menikmati matahari terbenam di bibir pantai adalah hal paling mengesankan terlebih jika bersama dengan orang-orang terdekat. Sama sepertiku dan anggota rohis lainnya kini kami sedang liburan untuk ‘melepas’ kakak kelas yang baru lulus.

"Huaaa ... Kak Iza! Aku pasti bakal kangen banget sama kakak." rengek Lana sambil memeluk Kak Maiza.

"Huhu ... aku juga sama." balas Kak Maiza tak kalah heboh. "Belajar yang rajin, ya. Sering-sering kirim kabar."

"Pasti! Kakak juga harus jaga diri pas merantau."

"Anu ... wahai para gadis sekalian, kami mau lewat."

Kak Maiza dan Lana yang saling menempel langsung sadar ketika Dzaki menginterupsi. Dengan gerakan canggung keduanya menyingkir ke sisi lain pintu dan membicarakan hal lain. Barulah kami dapat masuk ke ruangan demi mengambil beberapa barang.

Sudah jadi rahasia umum bahwa mereka berdua punya hubungan kakak-adik tingkat paling dekat di ekskul rohis. Itu karena wajah serta kepribadian mereka terbilang hampir mirip sehingga keduanya jadi saling menghargai satu sama lain. Ditambah, mereka juga tidak punya hubungan darah sama sekali makanya merasa spesial.

Beralih ke yang lain, beberapa anggota terlihat sangat bersemangat bermain di pantai. Ada yang berenang atau sekadar membasahi kaki, bermain pasir, mencari kerang, dan berfoto ria.

"Ugh. Gue pengin banget nyemplung ke laut, tapi nanti kamera gue basah." keluh Dzaki sambil mengusap-ngusap kamera DSLR yang belum lama ini ia beli.

"Kan, bisa ditinggalin atau dititipin. Yang penting jangan ke gue."

"Ya, udah. Gue mau ke sana dulu."

Pada akhirnya Dzaki tak jadi main di air dan memilih buat bergabung bersama Zayan karena laki-laki itu tengah terkubur pasir hasil perbuatan Refan dan yang lain.

Aku hendak menyusul mereka, tapi tiba-tiba seseorang menabrak dari belakang.

"Maaf."

Putri tak sengaja mengenaiku dan membuat botol berisi kulit kerang miliknya jatuh serta tumpah. Refleks aku menunduk tuk memungut kerang-kerang sekaligus memasukkan ke dalam botol.

"Ini semua buat apa?" tanyaku tanpa sadar.

"Buat hiasan?"

"Kedengarannya malah nanya balik."

Anehnya, Putri justru tertawa. Aku sendiri tidak paham, but whatever makes her happy jadinya aku ikut terbawa suasana.

"Mau ikut nyari juga?" tawarnya.

Aku menggeleng. Malu.

"Kalau begitu bawa ini."

Gadis itu memberikan sebuah kulit kerang paling besar yang ia punya kepadaku.

Gadis itu memberikan sebuah kulit kerang paling besar yang ia punya kepadaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CHANGED [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang