☁4 - Punishment

32 4 2
                                    

- "Don't make things difficult. Because it's the same as wasting time." -

"Eh, ML punya hero baru, lho. Terus ...."

Dzaki kini tengah bercerita tentang game yang ia mainkan semalam, lalu disambung perebutan makanan awuk-awuk di rumahnya, sampai masalah perempuan kemarin. Membuatku bosan mendengar ocehan absurd nan komplit bersama guyonan di setiap topik yang ia bahas. Meskipun begitu aku tetap mendengarkannya.

"Sal."

"Hm?"

"Kok lo dari tadi diam aja?" tanya Dzaki seraya memasang wajah tegang.

"Gue hargain lo ngomong."

"Iya sih, tapi kok lo gak ada ketawa pas gue ngelawak?"

"Enggak ada lucunya."

"Astaga!"

Aku sedikit terjungkal ke belakang karena orang di depanku ini memekik di antara banyaknya orang di kantin. Menjadikan kami berdua sebagai pusat perhatian.

"Lo kenapa, sih?"

"Seharusnya gue yang tanya, lo itu kenapa?"

Alisku terasa berkerut, membayangkan apa saja isi otak subjek di depanku ini.

"Gue gak kenapa-napa." ketusku.

Dzaki memcondongkan badan. "Lo aneh."

"Apanya yang aneh?"

"Katanya, kalau ada orang yang ngelucu tapi nggak ketawa bisa jadi itu ciri-ciri psikopat."

Mataku memicing.

"Kalau terlalu berlebihan dalam bahagia dan tertawa dapat menghilangkan ingatan jangka pendek." Ujarku kemudian pergi menjauh dari Dzaki.

Tak ada tanda-tanda dia akan mengejarku, makanya aku berjalan santai menuju kelas. Begitu sampai, aku mencari tempat duduk dan menyimak apa saja yang dibicarakan oleh teman laki-laki di sekitaranku. Sedangkan, sebagian lainnya sibuk berlatih untuk penampilan acara pensi nanti.

"Dengar-dengar, nanti main game lho."

"Iya, habis itu salat zuhur baru upacara penutupan."

"Eh, tapi kalau kalah ada hukumannya lho."

"Hukuman apa?"

"Eggak tau, yang jelas ada hukumannya."

Apa pun itu, yang jelas aku tidak ingin mendapat hukuman sama sekali. Terlalu malas berurusan dengan hal merepotkan.

"Weh, weh, gue ada info. Jadi semua harap tenang." Kata Dzaki berdiri di depan kelas sambil mengangkat kedua tangan. Entah kapan sudah ada di sini.

"Apa?" tanya mereka berjamaah.

Semua terdiam, menangkap serius apa yang hendak dikatakan Dzaki.

"Sebenarnya ...,"

"Dzaki! Kembaliin HP gue!"

Seruan seorang perempuan membuat seisi kelas terperanjat, tak terkecuali aku. Tetapi sebagian besar tatapan disibukkan oleh dia yang tengah menyangga tubuhnya di pintu sambil mengatur napas yang tersenggal-senggal.

"Mana HP gue?!"

Samra.

Iya, itu gadis angkuh yang kusebut kemarin.

"HP lo udah gue telen." ketus Dzaki.

"Muntahin lagi! Keluarin sampai utuh!"

Kami para pengungsi kelas cuma bisa menggeleng pelan diiringi dengan helaan napas yang tiada henti-hentinya saat menonton aksi kejar-kejaran antara dua lawan jenis itu.

CHANGED [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang