- "Avoiding you is like being chased by a second hand. Sometimes it follows behind and sometimes leads in front." -
"Hai, apa kabar?" sapa Kayla Adrien, atau akrab disapa Kayla.
Mendadak aku merasa kaku. Tak bisa berbuat apa-apa. Apa lagi ini?
Dzaki menyenggol lenganku. "Ntong, ditanya tuh jawab!"
Aku menyikut kasar Dzaki sebagai balasan.
Mendapat perlakuan barusan, Dzaki langsung menginjak kakiku tanpa ampun.
"Aaaaa!" pekikku berusaha lepas dari siksaan yang sebenarnya tidak terlalu sakit itu. Ya, sebagai pengalih saja.
"Lebay!"
"Eh, sudah-sudah," potong Kayla.
Dzaki mengangkat kakinya dan tersenyum modus pada perempuan yang ada di depan kami saat ini.
"Sudahlah kamu enggak usah sama lemper ini," ejeknya sembari melirik ke arahku.
Salah satu dari beberapa keajaiban dunia yang sebentar lagi akan terjadi jika Dzaki berhasil menggoda perempuan. Pasalnya dia selalu gagal karena tingkat larisnya sampai sekarang masih dibawah standarnisasi.
"Lo nyinggung gue?" tanyaku tak terima.
"Sadar diri ae lu, mper." balas Dzaki mensiniskan wajahnya.
"Tapi aku suka lemper kok," timpal Kayla yang membuatku ingin tertawa terbahak-bahak sebab berhasil membuat Dzaki mematung di tempat.
Laki-laki beratas nama Dzaki yang kabarnya sangat kaya di komplek perumahannya itu pun hanya merengut kesal entah kepada siapa. Siapapun yang melihat wajah Dzaki pasti ingin melemparnya dengan sendal.
"Ya udah, aku jadi lemper aja." Sungut Dzaki ikut-ikutan.
Aku hanya mengekspresikan wajah agar tidak tertawa di depan mereka berdua.
"Faisal, gimana kabar keluargamu?"
"Baik." jawabku sekenanya.
"Baguslah, aku senang dengarnya." Balas Kayla disusul senyum simpul.
Meskipun aku bisa melihat sedikit senyum yang ter-expose dari bibirnya, tapi aku tak merespon dan memilih untuk mengamati objek lain. Sepertinya, gadis di depanku ini mulai merasa diacuhkan.
"Oh ya, aku pergi dulu."
"Hm."
"Kayla, lo kelompok berapa?"
Pertanyaan Dzaki sukses membuatku ingin melemparnya dengan sebatu bot sekalian.
"Aku kelompok IPS 2."
"Wah, kapan-kapan gue main ke kelas lu boleh, yak?"
"Silahkan, ajak Faisal juga, ya."
Aku mengernyit tanda tak suka, tetapi sebisa mungkin ditahan agar tidak terlalu tampak.
"Sampai ketemu!" pamit Kayla sambil melambaikan tangan kemudian pergi.
Aku tak menanggapi dan langsung kembali fokus pada yang lain. Hingga suara dehaman membuatku mencari siapa pelakunya.
"Apa?" tanyaku.
"Hmm... Hmmm... Hmmmm... Killahadzil 'ard...."
Tanpa Dzaki sadar, aku sudah menghilang dari pandangannya. Ternyata kelompokku diarahkan untuk berbaris di tempat lain dan akan disuruh memperkenalkan diri nanti. Mulanya kakak pendamping kami yang menuturkan tentang dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [COMPLETED]✔
Teen FictionPerubahan. Sesuatu yang pasti terjadi. Cepat atau lambat. Siap atau belum. Sadar atau tidak. Lantas, apa arti perubahan itu sendiri? Mengubah ataukah diubah? {15+} Point Of View 1 Faisal Hanif Mufida ___________________________________________ WARNI...