- "But no matter how much i wanted, i still didn't want to care and interfere with life's problems even as small as a stone." -
Sesuai persetujuan tadi malam, maka hari ini kami akan melaksanakannya dan dimulai dengan Kak Najma yang mengemudi. Nahasnya, sampai pukul tujuh lewat waktuku terpakai sia-sia hanya untuk menunggunya.
"Kak, cepat."
"Iya, iya sebentar!" sahut Kak Najma mempercepat langkahnya. "Lagian kamu ngapain sekolah pas kondisi buruk."
"Terserah gue, lah."
"Dih."
Aku tahu bahwa ini adalah hal, sesuatu, rencana dan usulan buruk. Dekat Kak Najma sama saja seperti menyatukan kedua magnet dengan kutub yang berbeda. Untunglah selama perjalanan tidak ada adu mulut. Tidak habis pikir terhadap Kak Najma padahal ia selalu berangkat lebih pagi dariku. Namun, apa-apaan ini? Apa dia sengaja memperlambat gerakannya?
"Udah sampe, turun."
Aku berusaha turun tanpa membuat keributan di parkiran. Yang pertama, tidak merespon omelannya. Kedua, bersikap apatis. Belum lama merapikan rambut, tetiba ada yang menghampiri.
"Hai Faisal, Kak Najma." sapa gadis dengan iris cokelat muda itu.
"Eh, Kayla. Apa kabar?" tanya kakakku sekedar basa-basi tentunya.
"Baik, kakak sendiri gimana?"
"Lumayan." jawab kak Najma melirikku malas.
"Faisal, keadaanmu gimana?"
Aku mendelik sesaat kemudian kembali merapikan rambut. "Lo lihat aja sendiri keadaan gue."
"I-iya."
Tanpa menghiraukan penyebab kegagapannya itu, aku terus saja sibuk dengan rambutku sambil sesekali menyimak pembicaraan Kak Najma dan Kayla.
"By the way, kamu masuk jurusan IPA atau IPS?"
"IPS, Kak."
"Alasannya apa ke IPS?"
"Karena aku suka pelajaran geografi." balas Kayla diiringi dengan senyuman begitu aku melirik sebentar.
Di sisi lain, terlihat seorang lelaki berjaket abu-abu mendekat ke arah kami. Akan tetapi, aku tak mengindahkannya karena masih sibuk dengan rambutku sendiri.
"Kay, yuk ke kelas."
"Eh, tunggu dulu, ini siapa?" tanya Kak Najma menunjuk.
"Pacar." jawab Kayla pelan.
"Oh, Pacar. Ya, sudah aku ke kelas dulu ya. Bye!"
"Iya, kami duluan juga." sahut Kayla.
Tak peduli siapa nama pacar barunya itu, mereka pergi berlawanan arah hingga tinggal aku seorang.
Sesampainya di kelas, aku duduk seperti biasa sambil memainkan HP. Keadaan kelas memang sudah ramai semenjak awal kedatanganku jam setengah delapan lalu. Maklumlah datang kesiangan. Mungkin untuk sepekan ini masih ditoleransi padahal standar masuk di sekolah pukul tujuh lewat lima belas menit.
"Faisal!"
Aku tersentak, menatap heran manusia di depanku. "Habis dari mana lo?"
"Gue? Habis berpetualang mencari emas dalam guci di ujung pelangi tapi tidak menemukannya lalu dipaksa melewati rintangan menuju benteng Takeshi namun gugur alias dari kantin!" cerocos Dzaki tanpa titik dan koma.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [COMPLETED]✔
Ficção AdolescentePerubahan. Sesuatu yang pasti terjadi. Cepat atau lambat. Siap atau belum. Sadar atau tidak. Lantas, apa arti perubahan itu sendiri? Mengubah ataukah diubah? {15+} Point Of View 1 Faisal Hanif Mufida ___________________________________________ WARNI...