☁31 - Simple

17 3 0
                                    

- "Stay low, stay quiet, keep it simple, don't expect too much. Enjoy." -

Jika hari biasa mungkin rumahku tak akan seramai ini. Pasalnya sejak beberapa jam yang lalu banyak keluarga dari luar daerah datang berkunjung kemari. Alhasil, kamarku pun dijadikan tempat pengungsian sementara karena kamar cadangan tidak muat. Memikirkan nanti malam tidur di mana, sudah jelas di depan TV.

"Kak, main yok!"

"Apa? Kakak masih ngantuk." ujarku setengah sadar saat sedang nyaman-nyamannya tidur di sofa.

"Cika pengin main sama Kakak."

Aku terbangun, masih duduk. Mengerjap-ngerjapkan mata lalu menyisir poni sembari berusaha mengumpulkan sisa-sisa nyawa. Lalu memandangi Cika yang tengah memasang wajah berharap di bawah lantai.

"Hoam."

"Kakak ...,"

Ia menoel lututku, masih dengan wajah melasnya.

"Main sama yang lain aja, ya. Masih ngantuk, nih."

"Enggak." tolak Cika menggeleng.

Aku berdecak pelan lalu menyuruhnya untuk menunggu. Setelah mencari barang-barang di lemari, akupun menyerahkannya pada Cika. Yakni sebuah buku gambar lengkap dengan pensil warna.

"Wah, buku gambar! Kita main ini, Kak?"

Aku menggeleng baru mengangguk lagi. "Yap, nama permainannya 'Diam dan Warna'. Nanti Cika gambar Kakak. Kalau Kakak bergerak, Cika harus diam supaya enggak diterkam harimau." jelasku menunjuk diri sendiri tak lupa memperagakan harimau. "Paham?"

Cika mengangguk, tampak berbinar. Ia segera mengeluarkan beberapa pensil warna dari kotak tanpa merasa curiga.

"Supaya lebih enak, Kakak rebahan aja."

"Okey!" sahut Cika menunjukkan jempol.

Sekali lagi aku mengangguk, tak lupa tersenyum jail. Alasan sebenarnya karena masih ingin menyambung tidur jadinya aku memilih rencana ini. Namun, setelah beberapa lama aku tak kunjung terlelap. Hasilnya cuma bisa mendesah berat akibat merasa bosan rebahan. Sedikit mengintip Cika yang sempat terdiam saat aku menggerakkan badan. Mungkin ini karma telah menipunya. Menit demi menit berlalu, akhirnya si pemain selesai juga menggambar.

"Kak, lihat! Udah selesai." katanya seraya menunjukkan gambar seseorang tertidur.

Aku mengelus pelan puncak kepalanya. "Bagus. Cika menang."

Gadis lugu itu mesem saja. Lantas memilih melanjutkan gambar. Ketika tanpa sadar melirik jam yang menunjukkan pukul setengah enam sore, teringat sesuatu buru-buru aku ke kamar mandi. Belum sampai, Dzaki mendadak muncul di depan pintu utama.

"Astaghfirullah allahu akbar. Belum siap juga lu?"

Dzaki memelotot.

"Sorry." ucapku tidak enak hati.

Ia cuma menggelengkan kepala lalu mendekati Cika yang tengah asyik mewarnai sehingga aku bisa bergegas menyelesaikan urusanku. Begitu siap, aku menghampiri Dzaki yang ternyata malah ikut menggambar juga. Bahkan saat ini ia tengah dikerubungi oleh adik sepupuku yang lain.

"Gambar apa?" tanyaku memeriksa dan ternyata dia tengah menggambar suatu makhluk berbentuk abstrak.

"Monster!" sahut mereka antusias.

Aku mengernyit.

"Tapi itu apa, Kak?" tanya Cika.

"Ini gabungan ayam, megalodon, dinosaurus, sama harimau."

CHANGED [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang