☁29 - Observe

12 3 0
                                    

- "Seeing you is enough for me" -

Menjelang acara pisah kenang kelas dua belas, hampir semua orang di lingkungan sekolah mempunyai kerjaannya sendiri. Guru-guru tampak sibuk ke sana kemari. Kakak-kakak kelas tiga pun tak mau kalah. Banyak dari mereka yang mempersiapkan diri untuk paduan suara.

Lain hal denganku yang malah sibuk mengamati hiruk pikuk di lapangan sana. Mendapati banyak orang yang memiliki urusannya sendiri. Dan, hari sudah semakin panas sehingga menambah nuansa ramai di mana-mana.

"Seperti yang dibilang kemarin, hari ini kita akan bersih-bersih. Sebagian ada yang di musala, menyapu halaman, dan sisanya ikut saya ke ruang rohis." ujar Kak Andra.

Tanpa diperintah sekali lagi, beberapa siswa langsung menuju ke tempat tugas masing-masing. Sementara aku menuju gudang musala.

"Kita mau ngapain, ya?"

"Ya, bersih-bersih, lah."

Aku mendelik ke arah Dzaki. Pertanyaan yang dilontarnya barusan terbilang sangat konyol.

"Tau, je. Maksudnya kita bersih-bersih di mana?"

"WC." sahut Irsyad menenteng ember yang di dalamnya ada alat pel dan pembersih lantai.

"W-WC?"

"He'em."

Aku dan Dzaki saling pandang mengikuti Irsyad dari belakang. Sesampainya di depan pintu, aku melihat Irsyad melepas sepatu serta kaus kaki. Kemudian dengan santainya masuk tanpa merasa jijik sedikitpun. Padahal lantai kotor dan aroma menyengat bisa saja membuat orang pingsan di tempat.

"Lho? Kalian ngapain di depan pintu?" tanya Irsyad termangu.

"Ini serius lepas sepatu?" tanyaku sangsi.

"Kalau enggak dilepas lantainya kotor."

"Pakai sandal boleh?" tanya Dzaki.

"Sama aja." jawab Irsyad tersenyum. "Kalau kalian enggak sanggup biar aku sendiri aja."

"Eh, eh. Nggak gitu juga maksud kami." elak Dzaki menggaruk pipinya.

Merasa ditampar dua kali, akupun segera melepas sepatu sambil memegang kusen pintu. Tak lupa juga menggulung lengan baju dan celana supaya tidak kotor. Sejujurnya aku tidak biasa melakukan ini karena selama kegiatan bersih-bersih sama sekali tidak pernah mendapat tugas di bagian kamar mandi ataupun WC. Beda kalau di rumah.

Aku mengisi ember dengan air lalu menuangkan sedikit cairan pewangi sesuai perintah Irsyad. Kemudian mengepel lantai tempat wudu bersama Dzaki. Beruntung kami mendapat bagian ini, sementara Irsyad membersihkan WC.

"Baru sebentar tapi gue dah ngerasa capek." keluh Dzaki menegakkan pinggangnya. "Syad, ini kita bertiga aja kah yang bersihinnya."

Bersamaan dengan itu Irsyad keluar dari toilet membawa sikat.

"Iya, tapi nanti ada Zayan sama Rizki. Mereka beli minum dulu."

"Eh, maaf telat."

Seseorang tiba-tiba muncul di depan pintu bersama satu orang lainnya. Mereka tak lain dan tak bukan adalah dua orang yang disebut barusan.

"Akhirnya datang juga." ucapku dalam hati.

"Kok lama?" tanya Dzaki.

"Hehe... afwan lah, tadi beli konsumsi dulu buat anak-anak rohis." sahut Rizki membenarkan letak kacamatanya.

"Nah, sekarang kami ngerjain apa?" tanya Zayan.

"Bersihin kamar mandi, keran, dinding, plafon, lampu, genteng." celetuk Dzaki.

CHANGED [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang