☁32 - Freak (Part 1)

18 3 0
                                    

- "In life, there will be things that come up by itself. But, there will be things that also need to struggle to get it." -

Libur hampir berakhir. Itu yang terlintas di pikiran dan mengharuskanku untuk mempersiapkan segala perlengkapan sekolah mendatang. Oleh karenanya hari ini kuputuskan untuk berbelanja ke supermarket. Sekaligus melepas jenuh selama di rumah.

"Sal, mau ke mana?" tanya Kak Najma duduk di sofa, menonton drama korea.

"Jalan."

"K-e-m-a-n-a?" ulangnya penuh penekanan.

"Supermarket."

"Oh, ya. Belikan aku sesuatu."

Aku tak mengangguk, tapi tak juga menolak. Sembari berharap Kakak ‘kesayangan’ itu segera masuk kuliah. Pasalnya separuh liburan ini dia tidak pernah absen menjadikanku babu. Mangkanya kali ini aku memilih ke luar rumah.

Setelah sampai di tempat tujuan, aku segera mencari barang yang diperlukan. Sekitar lima belas menit membuang-membuang waktu untuk sekadar berkeliling. Hingga tak sengaja mataku menangkap sesosok orang tengah mengintip dibalik rak. Ia tampak memegang ponsel dibarengi pekikan kecil. Kupikir itu hanya orang iseng. Akan tetapi, saat berputar-putar mencari barang random sengaja demi melihat pergerakannya dan ternyata tetap diikuti, alhasil aku menyadari tengah diawasi.

"Ngapain, lo?" tanyaku frontal. Memergok dari kejauhan.

Gadis itu terdiam sebentar dan langsung tersenyum lebar. Tidak. Melainkan sangat lebar sehingga terlihat seperti menyeringai. Aku sedikit ngeri. Ia berjalan mendekat.

"Lagi foto kakak. Soalnya ganteng."

Aku mengernyit tak suka. Memilih mengabaikan gadis asing serta aneh itu dan bergegas menuju meja kasir. Namun, dia justru masih mengikuti tanpa ragu apalagi sembunyi-sembunyi.

"Nama Kakak siapa?" tanyanya. "Rumah Kakak di mana? Rumahku dekat sini lho. Ntar, aku pengin berkunjung ke rumah Kakak, ya."

"Lo siapa? Ngapain manggil gue ‘Kakak’?"

Salahku karena sudah me-notice.

"Fiona! Fiona Zea Azucena! Aku ngerasa kita enggak seumuran jadi manggil ‘Kakak’. Tapi khusus kakak boleh manggil aku apa aja, termasuk adek." jelasnya sambil mesem tidak jelas.

"Stres." ungkapku tanpa beban, melanjutkan antrean terakhir.

"Ish, aku panggil 'Sayang', nih. Tadi kakak belum jawab pertanyaanku yang pertama."

"Yang mana?" tanyaku lelah.

"Nama kakak tuh, lho."

Aku berdecak. "Faisal. Itu nama gue. Jadi berhenti ngikutin gue lagi."

Begitu mengucapkan kalimat terakhir aku segera melengos pergi. Enggan mengetahui keberadaan gadis aneh itu. Tetapi tak sesuai yang dibayangkan ia justru berteriak.

"Kak Faisal, minta nomor HP!"

Seakan bisu dan tuli, aku sama sekali tak memberi respons. Sehingga membuatnya semakin agresif bahkan berniat mengejar. Beruntung aku sudah menyalakan motor dan meninggalkan tempat tersebut. Samar-samar dari kejauhan terdengar suara orang memanggil. Lebih tepatnya seperti menyebut namaku layaknya orang stres sungguhan. Astaga, semoga saja aku tidak pernah lagi bertemu orang model begituan.

Sesampainya di rumah, buru-buru aku berlari dan mengunci pintu tak lupa mengembuskan napas syukur. Tentunya masih syok mengingat kejadian tadi sekalian antisipasi kalau-kalau orang aneh itu nekat mengikutiku sampai ke rumah. Padahal sejujurnya kami belum pernah bertemu sebelum ini, tapi mendadak sok kenal jatuhnya terlihat mengerikan.

CHANGED [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang