- "Even small things can bring you to unexpected things." -
Sehabis keluar dari supermarket yang jaraknya tak jauh dari rumah, segera aku bergegas pulang demi mengistirahatkan tubuh. Sesampainya di pekarangan, aku langsung memarkir motor ke dalam garasi dan buru-buru berjalan menuju kamar.
Tiba-tiba langkahku berhenti. Suara ramai yang bersumber dari kamar Kak Najma membuatku berbelok untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Kamu yakin enggak mau ke rumah sakit?"
"Iya. Masak cuma panas dikit udah mau ke rumah sakit aja." gerutu Kak Najma terdengar kesal.
Aku berdiri di depan pintu, menyaksikan sebutir perdebatan yang orang tuaku lakukan dengan Kak Najma.
"Yakin?" tanya Ayah.
"Iya, Pa."
"Ya, sudah. Kami mau berangkat sekarang. Hati-hati di rumah, jangan kelahi terus." kata Ayah ambigu.
"Uang sangu kalian ada di atas meja, ya. Karena baru besok sore atau malam kami pulang." Sambung Ibu menambahi perkataan Ayah.
Manik mata Kak Najma kelihatan berbinar. Nampaknya ia sangat senang mendengar kata 'uang'.
"Asyiaaaap!" jawabnya tersenyum lebar.
Hm, aku jadi ragu kalau dia memang sedang sakit. Detik berikutnya kedua orang tuaku menoleh ke belakang dan melihatku, begitu pula Kak Najma.
"Nah, berhubung Faisal udah pulang jaga kakakmu, ya." ucap Ayah.
Aku melongo samar. Bagaimana bisa seorang kakak yang notabenenya lebih tua harus dijaga oleh adiknya yang umurnya lebih muda. Alhasil, kepalaku tergerak untuk mengangguk saja. Ayah dan Ibu sama-sama tersenyum kemudian berpamitan sekali lagi. Sepeninggal keduanya, aku hendak membalikkan tubuh tapi ada suara yang tak lain dan tak bukan berasal dari Kak Najma.
"Mau ke mana?"
Aku memutar badan dan menggenggam erat kresek berisi belanjaan.
"Ke kamar lah, ya kali berkemah sama si Nopal." selorohku absurd.
Kak Najma mengubah posisi menjadi duduk lalu bola matanya menyorot tepat ke arah barang yang kugenggam. Wajahnya terlihat bingung, berikutnya ia kembali bersuara.
"Habis beli apa?" tanyanya menunjuk benda di tanganku.
Aku membuang napas sejenak. "Barang buat tugas besok."
Kak Najma mengiakan. Daripada berlama-lama di daerah kekuasaannya, ada baiknya aku angkat kaki dan pergi secepatnya. Sebelum dia menyuruhku melakukan hal yang tidak-tidak.
"Eits. Tunggu dulu."
Gue bilang juga apa.
Lagi-lagi aku berhenti melangkah namun tak berbalik menghadap Kak Najma. Justru dia yang menghadangku di depan pintu. Aku kira dia sakit, ternyata cuma drama queen.
"Katanya sakit, tapi masih bisa gerak." ledekku. Tak peduli dia mau marah atau tidak.
Kak Najma menopang tubuhnya dengan satu tangan di pintu dan satunya lagi direntangkan karena tak sampai pada sisi pintu yang lain.
"Aku memang sakit tau." sarkas Kak Najma menjitak kepalaku. "Btw, belikan aku obat sama cemilan, ya." suruhnya tanpa beban.
"Malas." jawabku ketus.
Kak Najma mendengkus berat. Seolah merasa tak terima penolakanku.
"Aku maksa."
"Beli sendiri sana." sinisku berniat mengenyahkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [COMPLETED]✔
Fiksi RemajaPerubahan. Sesuatu yang pasti terjadi. Cepat atau lambat. Siap atau belum. Sadar atau tidak. Lantas, apa arti perubahan itu sendiri? Mengubah ataukah diubah? {15+} Point Of View 1 Faisal Hanif Mufida ___________________________________________ WARNI...