12.

36.2K 3.2K 112
                                    

Guys! Kalau ada typo tolong kasih tahu ya!.

Nanti biar aku bisa koreksi kesalahannya.

🥀🥀🥀🥀🥀

"Gadisku ternyata penakut juga ya?"

"FE- FEROZZ!???"

Zena kaget saat melihat wajah kekasihnya di depannya ini," kamu Feroz? Jadi, kamu spikopat yang tadi udah bunuh wanita itu?"

Feroz tidak menjawab pertanyaan dari kekasih cantiknya itu, malah matanya menatap intens pada bibir mungil yang sudah membuatnya candu itu.

Perlahan ia mendekatkan wajahnya dan bibir keduanya pun saling bersilaturahmi satu sama lain. Zena kaget dia berusaha untuk melepaskan ciuman Feroz darinya.

Namun, Feroz tak membiarkan hal itu terjadi. Ia langsung menarik tengkuk leher Zena untuk memperdalam ciuman mereka berdua. Dan tangannya yang menganggur ia letakkan di pinggang kecil gadisnya.

Cukup sulit rasanya mencium Zena karena ia harus menunduk. Dan dengan sekali sentakan Feroz menggendong Zena ala koala dengan kedua kaki Zena melingkar di pinggang Feroz.

Feroz merapatkan tubuh keduanya dengan Zena yang bersandar di tembok belakangnya. Merasa gadisnya membutuhkan oksigen, Feroz melepaskan ciuman mereka.

Nafas Zena memburu karena ciuman menuntut Feroz. Ia menatap Feroz kesal dan memukul punggung Feroz keras tapi tidak ada rasa untuk Feroz. Karena bagi Feroz pukulan Zena seperti memijit punggungnya.

"Kamu gila!!" ucap Zena kesal.

"Karena kamu," ucap Feroz dengan santai dan menyungging senyum manisnya pada kekasih hatinya.

"Feroz??" panggil Zena.

"Apa, baby?" tanya Feroz menurunkan Zena dan menyamakan tinggi mereka berdua agar gadisnya tidak kesusahan untuk mendongak ke atas.

"Kenapa kamu bunuh dia?" tanya Zena pelan sambil memilin-milin bajunnya.

"Karena dia udah berani sentuh-sentuh aku, aku kan cuma milik kamu, sayang. Ga boleh ada yang sentuh aku kecuali kamu, baby," jawab Feroz dengan lembut.

"Dia yang sentuh kamu atau kamu nya yang lagi cari mangsa?"

"Hehe, dua-duanya sih! Niatnya aku emang mau bunuh orang malam ini. Eh! Jalang itu malah nyentuh tangan aku, ihhhh! Aku jijik, sayang! Aku jijik!" ucap Feroz merengek pada Zena karena wanita yang telah ia bunuh itu menyentuh tangannya.

"Ya terus aku harus apa?" tanya Zena.

"Hapusin~" rengek Feroz.

"Ck! Kamu kan pake sarung tangan? Di lepasin terus di buang aja kan gampang? Ga usah di bawa ribet deh!" ucap Zena.

"Eh?? Iya, lupa, sayang. Makasih udah di ingetin, Ayank! Makin cinta deh!" ucap Feroz membuka sarung tangannya lalu membuang kesembarangan arah.

"Fer?? Kenapa bunuh orang sih? Dosa tahu?! Kamu ga takut masuk neraka apa?" tanya Zena.

"Takut sih, Yank. Ya tapi mau gimana? Aku itu ngebunuh orang bukan sembarang ngebunuh, Ayank," ucap Feroz.

"Maksud kamu?"

"Aku nbunuh mereka itu sekaligus ngebantu malaikat maut tahu!" jawab Feroz.

"WHAT'S?"

"Ga usah teriak, Ayank! Lagian aku bunuh orang jahat kok, kan kasihan kalau dia masih hidup malah nambah dosa aja. Mending aku percepat kematiannya, jadi dia ga bakalan nambah dosa lagi," jawab Feroz dengan santai.

TENTANG RASA [Transmigrasi Girl]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang