Kalau ada yang typo kasih tahu ygy!.
Biar nanti aku koreksi kata atau kalimat yang salah.
🥀🥀🥀🥀🥀
Bruk!!
"Adowww!! Thiapa yan nalok embok di depan, nanak canthik, hah?!" seorang balita kecil merengut kesal karena menabrak seorang pria dewasa yang menggunakan style kantoran.
Balita kecil itu fokus mengusap kepala yang baru saja menabrak kaki pria dewasa itu. Pria dewasa itu berjongkok di depan gadis kecil itu untuk menyetarakan tinggi badan mereka.
Ia mengusap kepala anak cantik dan imut itu. " Maafin, Om ya! Om ga sengaja, cantik."
"Okoknya Alin inthak anggung awab! Ndak au tau. Bayal!" tangan buntel nan kecil itu menengadah di depan pria dewasa itu.
"Bayar? Berapa yang harus Om bayar, hm?" tanyanya dan mengusap lembut pipi gemoy yang terlihat tumpah-tumpah itu.
Gadis kecil itu nampak berpikir." Uluh utha aja! Ndak ucah anyak-anyak, coalna Alin uthan nanak matlek!"
Pria itu tersenyum mendengar jawaban dari gadis kecil di hadapannya itu. Kemudian ia meronggoh kantung jasnya dan mengambil dompetnya. Ia mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dan memberikannya pada gadis yang mengaku namanya Alin itu.
"Ini! Cukup ga?" tanya pria itu.
Mata gadis itu berbinar-binar saat melihat kartu yang di sodorkan oleh pria di depannya itu. Dengan kekuatan secepat kilat, ia mengambil kartu itu.
"Woahhh...! ini ayak unya Daddy Lulu-na, Alin. Thatha Abang kalthu ini isa uawath beli ablik susu-na, Alin," ucap gadis kecil itu dengan wajah berseri-seri.
"Ambil! Itu untuk kamu dan ini pin-nya nanti kasih sama orang tua kamu ya."
Gadis kecil itu mengambil kertas yang di berikan oleh pria tampan di depannya itu lalu memasukkan kartu hitam dan kertas tersebut ke dalam tas kelinci yang ada di punggungnya.
"Thilmakacih Om antheng, kalna Om-na antheng angeth Alin maapin deh!" ucap gadis itu.
"Alin kesini sama siapa? Kenapa bisa sendirian di sini?"
"Ukan Alin, ih! Om-na odoh banyeth cihh!. Antheng oang, apih odoh, ih! Nama Alin tuh, Alin ukan Alin yan thayak Om biyang!" jutek gadis itu, nama gadis itu sebenarnya adalah Areen bukan Alin karena dia cadel jadi Areen tidak bisa menyebutkan namanya dengan benar.
"Iya, Alin kan?" tanya pria itu.
Plak
"Huweee...! Om-na andel banyeth, cih!. Alinnn...! Ukan Alin!. Aarwwleenn!!" Areen menampol wajah laki-laki di depannya dengan tangan kecilnya yang tidak berasa apa-apa pada pria itu.
"Ohh... Areen, jadi nama kamu itu, Areen? Maaf ya abisnya kamu cadel sih," ucap pria itu terkekeh lalu memeluk Areen agar tidak menangis lagi.
"TBL TBL TBL, thesel banyeth lho! Hiks...! Om-na akal banyeth!" ucap Areen memukul dada bidang pria itu.
"Maaf ya, cup-cup! Jangan nangis lagi ya. Nanti ga cantik lagi, lho!" pria itu mengusap punggung Areen dengan lembut.
"Capa biyang! Nanak anthik celalu anthik ya. Atha ogan-ogan depan lumah Alin celalu anthik nan emoy ya! Cembalangan!" kesal Areen.
"Areen ke sini sama siap, Nak?" tanya pria itu.
"Cama Mommy Daddy cama Abang uga, apih Alin inggayin meleka coalna Alin au tejal mang-mang es klim, Alin au mam es klim, Om!" jawab Areen.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG RASA [Transmigrasi Girl]
Teen Fiction" Terbanglah sebebas-bebasnya, sweetie! Tapi, ketika aku sudah berhasil menangkapmu, Jangan harap kau bisa pergi lagi, you are mine!," "Mati di tabrak udah biasa, tapi mati gara-gara nyamuk? Sungguh luar biasa, fuck!," Aldara Mahendra. 🥀 Aldara Mah...