39.

26.3K 1.8K 124
                                    

Kalau ada yang typo kasih tahu ygy!.

Biar nanti aku koreksi kalau ada kata atau kalimat yang salah.

🥀🥀🥀🥀🥀

Di kediaman George, nampak George dan istrinya seduh rapi dengan pakaian masing-masing dan akan segera pergi.

"Mas? Apa ga sebaiknya kita ajak, Feroz?," tanya Livina.

George yang sedang merapikan jasnya menatap istrinya melotot." Heh?! Kalau kita bawa tu anak, yang ada bikin kacau. Aku ga mau ya Dexter semakin benci sama aku. Kamu tahu kan kalau Dexter itu teman seperpopokan aku? Jangan aneh-aneh deh! Sayang. Please deh ah!."

"Tapi kasihan anak kita, Mas! Selama beberapa tahun ini dia ga ada gairah hidup selalu natap kosong ke arah jendela. Aku mau Feroz tahu aja kalau Zena gadis yang dia cintai masih hidup, siapa tahu Feroz sembuh, Mas!," George memijit pelipisnya pusing.

"Sayang? Justru dengan kita bawa Feroz ke acara resepsi mereka yang ada dia tambah gila. Cukup-cukup dia buat aku malu sama keluarga gadis itu. Tolong! Ini malam bahagia buat mereka jangan kita kacaukan dengan membawa orang gila kesana. Yang ada dia ngamuk-ngamuk di sana, bahaya tahu!," ucap George.

"Mama sama Papa mau kemana?," tanya Feroz yang menuruni tangga.

"Kita mau kondangan! Kamu di rumah aja sama suster. Jangan buat kacau atau otak kamu Papa buat semakin kacau!," ancam George pada Feroz yang hanya menatap kosong padanya.

"Iya, Pa," jawab Feroz, dengan patuh Feroz kembali ke kamarnya.

"Mas..."

"Ayo pergi, sayang! Eh, rantang ga kamu bawa sayang?," tanya George pada sang istri.

Livina menatap suaminya bingung." Buat apa, Mas?."

"Buat apa lagi? Ya buat taruh makan di pesta lah! Kan lumayan besok kamu ga usah masak. Nanti kita ambil lauk pauk yang ada di sana, sekalian sama kue-kuenya juga," jawab George.

"Mas! Kayaknya yang gila bukan Feroz deh! Tapi kamu. Jangan malu-maluin aku deh, Mas. Kamu kira kita ini orang miskin apa?!," ketus Livina.

"Mumpung gratis, sayang!," ucap George mengikuti langkah Livina yang sudah keluar dari rumah.

"Bodo amat, Mas!."

Sedangkan di lantai tiga, Feroz duduk di balkon kamarnya dengan menatap kosong ke arah langit dan di tangannya ada sebuah bingkai photo berukuran sedang yang ia peluk, photo Zena.

"Kamu di mana, sayang? Aku nungguin kamu di sini, lho."

"Kamu ga mau datang kesini dan pukul aku? Aku kesepian tanpa kamu, Zena."

"Papa jahat sama aku, Sayang. Dia selalu kurung aku di kamar dan paksa aku minum obat. Papa bilang aku gila, aku ga gila kan, sayang? Yang gila itu, Papa," ucap Feroz menatap photo Zena dengan tatapan penuh cinta.

🥀🥀🥀🥀🥀

Pada malam harinya di lanjutkan dengan acara resepsi yang di adakan di sebuah hotel ternama milik Angelo yang khusus Angelo berikan untuk gadis yang dulu sering merecoki dirinya, hingga kini menyisakan penyesalan karena dulu ia mendorong jauh perasaan gadis itu.

TENTANG RASA [Transmigrasi Girl]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang