"Bi?! Bibi?!! Bibi di mana, sih?!," monolog Zena pada dirinya sendiri.
Langkah tergopoh-gopoh seorang wanita berusia empat puluh lima tahun itu terdengar menghampiri Zena.
"Kenapa, Nona?," tanya Bibi kepala pelayan pada Zena.
"Daddy mana, Bi?," tanya Zena.
"Tuan besar belum pulang, Nona. Kayaknya sebentar lagi, deh!," jawab Bibi kepala pelayan.
"Oh ya udah deh! Eh, Bi?? Pelayan baru itu gimana? Dia giat ga kerjanya? Anaknya juga apa dia ada bantu-bantu, Ibunya?," tanya Zena.
"Zaskia?? Giat kok, Nona! Anaknya juga. Mana berani mereka leha-leha di sini, orang Tuan Besar sendiri yang nyuruh mereka," jawab Bibi kepala pelayan.
"Bagus, deh! Ternyata Daddy nempatin janjinya sama aku. Kalau mereka berdua yang masak tolong Bibi sama yang lainnya awasi mereka ya! Takutnya mereka berdua punya niat jahat sama aku dan Daddy. Soalnya muka mereka itu muka-muka kriminal, Bi!," ucap Zena.
"Nona ada-ada saja! Siap atuh, Nona pokoknya tenang saja, Bibi akan awasi Ibu dan anak itu," ucap Bibi kepala pelayan.
"Ya udah! Bibi boleh balik kerja!," Setelah itu Bibi kepala pelayan kembali melakukan pekerjaannya.
Zena beranjak pergi menuju kamarnya dan saat tidak sengaja melewati ruang kerja Dexter, entah mengapa dirinya seperti di tarik untuk masuk ke dalam.
Dan dengan pelan ia membuka ruang kerja Dexter. Aroma lavender tercium dari ruang Dexter, Zena sedikit merasa aneh dengan Dexter yang begitu menyukai aroma lavender. Zena menatap sekeliling ruang kerja itu.
Terlihat sangat rapi dan bersih. Di ruang itu pula terdapat photo-photo dirinya dan juga Dexter. Ia menatap photo kecil dan photo saat si pemilik raga masih bayi. Zena terkekeh melihat betapa imutnya si pemilik raga saat kecil.
"Bapak gue ganteng banget waktu SMA, ya walaupun wajahnya datar sedatar tembok!," ucap Zena mengomentari salah satu photo Dexter waktu remaja.
Saat ia sedang mengamati photo-photo tersebut tak sengaja matanya tertuju pada rak buku milik Dexter. Terakhir kali ia masuk ke sini ia melihat rak buku itu masih terlihat normal, tapi kenapa sekarang terbuka seolah-olah ada sesuatu di sana.
Zena mendekati rak buku itu dan mendorongnya. Bertapa terkejutnya ia saat rak buku itu benar-benar bisa di gerakan dan di geser.
"Daddy punya ruang rahasia?," gumam Zena.
Zena masuk ke ruang rahasia itu. Lagi lagi ia di buat terkejut dengan mendapati banyak sekali photo seorang wanita yang tertempel di dinding. Siapa wanita itu? Kenapa wajahnya sangat berbeda dengan sang Mommy?.
"Wanita... itu bukan, Mommy. Lantas dia siapa? Apa Daddy diam-diam menjadi stalker sejak bercerai sama, Mommy? Ihh! Daddy seremm!," Zena bergedik ngeri membayangkan kalau Dexter benar-benar seorang stalker.
"Tapi, kayak ga asing deh sama wajahnya," gumam Zena.
Dug
Kaki kecilnya tidak sengaja menendang sebuah buku. Ia mengambil buku itu, lebih tepatnya itu buku diary milik Dexter.
🥀🥀🥀🥀🥀
Sedangkan di tempat yang berbeda tapi masih di tempat yang sama. Dexter masih dengan style kantor buru-buru keluar dari mobilnya memasuki rumahnya.
"Tuan?? Tadi Nona muda mencari, Tuan," beritahu Bibi kepala pelayan.
"Di mana sekarang putriku?," tanya Dexter dengan wajah datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG RASA [Transmigrasi Girl]
Teen Fiction" Terbanglah sebebas-bebasnya, sweetie! Tapi, ketika aku sudah berhasil menangkapmu, Jangan harap kau bisa pergi lagi, you are mine!," "Mati di tabrak udah biasa, tapi mati gara-gara nyamuk? Sungguh luar biasa, fuck!," Aldara Mahendra. 🥀 Aldara Mah...