11. Chamomile tea

130 36 2
                                    

"Aku sudah tak memiliki tempat pulang, Bucciarati." Gadis itu menjawab pelan, dengan suara yang serak dan masih tersendat di setiap katanya.

Seketika (Y/N) menggerakan tangannya lalu menghilang dari hadapan pria itu sekali lagi. Dan tentu saja Bucciarati terkejut gadis itu menghilang lagi ke udara kosong meninggalkan ruang kosong dimana tempat yang di duduki (Y/N) itu basah oleh air mata. Setidaknya saat ini dia tahu gadis itu aman dan dengan kekuatan itu dia pasti dapat survive di dunia mafia.

Semoga...

(Y/N) mengambil tissue dan membersihkan hidungnya yang mampet karena ingus. Dan ya gadis itu kabur karena takut Bucciarati melihat wajah sembab-nangis nya.

Dia yakin dia akan jijik dengannya jika tahu wajahnya tadi. Untungnya tidak ada lampu yang menyala, hanya sinar samar – samar kota Napoli dan cahaya bulan yang menembus jendela yang menjadi sumber penerangan mereka.

Suara (Y/N) membersihkan hidung memenuhi ruangan itu. Bukan suara yang enak di dengar apa lagi gadis itu mengulangi perbuatannya hingga hidungnya memerah. Namun, ia masih merasa hidungnya tersumbat.

"Sial..." katanya pelan.

Ia langsung menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya. (Y/N) melihat dirinya di cermin, wajah merah dengan mata bengkak dan sembab dan hidung yang memerah karena dibersihkan terlalu kasar.

Mata (E/C)nya berair dengan skelera yang memerah karena menangis.
Yah bukan pemandangan yang indah untuk dilihat.... Wajah nangisnya sangat buruk. Namun bukan yang terburuk, hanya saja terlalu buruk untuk diakui oleh (Y/N).

'Shit.. apa Bucciarati melihatku nangis tadi? Pasti aku sangat jelek.' pikirnya. Buru – buru ia keluar dari kamar mandi 'Kos'nya dan mencari Alcy.

Mata (Y/N) langsung melihat sosok yang tertidur di pojok Kasur yang menempel di dinding, sosok yang ia cari. Gadis itu hanya bisa melihat punggung Alcy dari tempat ia berdiri. Ia merasakan perasaan sedih, perasaan yang tadi ia rasakan dan mulai tenang berkat Bucciarati namun perasaan itu tidak menghilang.

Dari Alcy ia tak mendengar apapun dan hanya merasakan rasa kehilangan itu. Ada yang berkata jika perasaan user stand akan berpengaruh ke stand-nya, mungkin saat ini Alcy merasakan hal yang sama dengan gadis itu.

Pikiran untuk ngobrol dengan Alcy tentang wajah jelek  (Y/N), digantikan oleh rasa bersalah gadis itu karena perasannya mempengaruhi sosok itu.

"maafkan aku, Alcy." Gadis itu duduk dekat dengan tempat Alcy tidur, tangannya terulur ke sosok kecil itu dan ingin meraihnya. Namun, semua itu di tepis oleh Alcy yang berpindah tempat ke pojok lain Kasur seperti teleportasi.

"ini bukan salahmu! Jangan menyalahkan dirimu, (Y/N)! perasaan itu memuakkan!" Katanya ketus, suaranya agak serak namun Alcy terdengar seperti mencoba tidak peduli. Dia tsundere...

"ya, terima kasih Alcy. Beristirahatlah..." (Y/N) Kembali menatap sosok itu memperhatikan gerakan kecil yang dibuat sosok itu. (Y/N) berfikir saat ini dia tidak sendirian, ia memiliki Alcy di sisinya, sosok yang akan mengerti (Y/N) dan selalu ada di pihaknya. Gadis itu menata hatinya sekali lagi dan keluar dari ruangan itu.

(E/C) milik (Y/N) melihat sosok pria yang berkutit di dapur pantry-nya. Tubuhnya dibayangi siluet yang dihasilkan oleh lampu dapur di cabinetnya. Dari tempat (Y/N) berdiri ia melihat pria yang bernama Bruno Bucciarati itu sedang membuat sesuatu, menyeduh sesuatu... kopi? Atau Teh?

Gadis itu yakin itu bukan kopi karena tidak mungkin pria itu memberikan kopi untuk pasien insomnia, yang menangis tengah malam karena merindukan keluarganya.

Kaki (Y/N) melangkah menuju pria itu, gerakannya pelan namun Bucciarati dengan cepat tau siapa yang mendekatinya.

"(Y/N)? Apa kau baik - baik saja?" Pandangan Bucciarati sekarang melihat ke sosok gadis yang tak jauh darinya. Mata dengan iris biru safir-nya menatap ke arah (Y/N) memastikan gadis itu baik – baik saja. "Duduklah, Aku membuat teh chamomile." Lanjutnya.

Ragazza All'oscuro I Vento Aureo x Reader (JJBA part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang