31. Merry Christmas, ...

102 23 0
                                    

"Kita sudah sampai..." Dua pasang kaki itu sudah berjalan ke hotel terdekat dari dermaga.

Matahari sudah terbenam dan suhu turun dengan drastis. Sebagai orang yang hidup di garis katulistiwa, (Y/N) tidak pernah melihat matahari terbenam di jam 4 sore dan sekarang baru saja jam 5 sore dan langit sudah gelap.

Udara hangat membelai lembut kulit (Y/N) yang dingin, bibirnya yang awalnya kebiruan kembali ke warna aslinya, begitu pula dengan kulitnya. Seharusnya dahulu ia bersyukur tinggal di Indo karena tidak ada musim dingin.

"Selamat sore, Tuan, Nyonya. Selamat datang.." sang resepsionis memberi salam dengan senyuman bisnisnya.

"Ahh... Udara hangat!! Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan!" (Y/N) berseru riang ia melepas sarung tangannya yang sudah lembab.

"Tolong dua kamar mbak!" Kata gadis itu lagi. Sambil mengarahkan kedua jarinya di depan Resepsionis perempuan itu.

"Baik, tolong tulis nama anda disi-"

"Tidak! Satu kamar double bed." Potong Rigatoni. Ia menutupi buku yang akan di tulis (Y/N) dengan tangan besarnya.

"Tidak! Aku akan bayar sendiri!"

"Memangnya kau tahu harga hotel sekarang?" Pria itu menggeram dan menaikkan alisnya dengan kesal.

"30.000 lira kan?" Jawab gadis itu cepat. Mengingat harga hotel yang pernah ia sewa di tempat lain.

Tapi tak ada respon, tatapan Rigatoni dan Resepsionis pada (Y/N) jika bisa di baca maka:
Resepsionis.
serius-dia-gak-tahu?

Rigatoni
Iya

Resepsionis
Tanggal-hari-ini-mendekati-natal-dan-tahun-baru-loh!

Rigatoni
Iya

"Kan?" (Y/N) masih memastikan harganya dengan berkeringat dingin.

Keduanya masih menatap (Y/N) dan kembali saling bertatapan, lalu dengan helaan nafas sang Resepsionis tersenyum dengan senyuman bisnis dan memberi satu kunci kamar.

"Ini kamar double bed, Tuan. Di kamar No. 1207 dengan harga 400.000 lira/malam."

"Kita gak salah hotel kan?" (Y/N) bertanya dengan khawatir, di pelipisnya tiba-tiba terdapat bulir keringat.

"Tidak." Rigatoni lalu menulis namanya dan (Y/N) lalu menarik lengan gadis itu untuk tidak membuat dirinya lebih malu lagi.

Rigatoni tak ingin menarik lebih banyak perhatian, ia hanya ingin bertemu dengan Murolo, mendapatkan informasi darinya dan menyelesaikan misinya.

"Eh?!" 

****

"Sialan, aku lupa sebentar lagi natal." Ucap (Y/N) di bak mandi. Ia sedang berendam air hangat di kamar mandi hotel.

Air hangat itu menaikkan suhu tubuh (Y/N) setelah berlayar dari Napoli ke Sisilia.

"Hahaha... Kau lupa tanggal lagi kan? Geblek." Ejek Alcy, sosok stand itu melayang di antara uap air panas dan mengapung seperti awan.

"Salah siapa laptop yang mau ku pakai bikin laporan dipakai maraton."

"Kau ikut nonton goblok!"

"Ah.... Sial!" Gadis itu menenggelamkan sebagian wajahnya ke dalam air. Pikirannya melayang saat aroma relaksasi masuk ke rongga hidungnya.

"Aku takut Alcy.... Semakin lama di dunia ini aku semakin lupa siapa aku sebenarnya.... Untuk apa sebenarnya aku ada... Apa hanya menyelamatkan mereka cukup untuk eksistensi ku?" Gadis itu bergumam, pandangannya tak fokus dan ia mengangkat tangannya ke udara.

Ragazza All'oscuro I Vento Aureo x Reader (JJBA part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang