👞BiJo-12👞

6.5K 747 56
                                    

Lama beut ya penuhnya hahahaha.

Oke deh, ayo 200 vote dan 70 komen deh.

Bianca-Jovan

Jovan meringis pelan saat Bianca menggigit putingnya agak kuat, mereka selesai bermain setelah 3 jam lamanya dan berakhir Jovan ambruk duluan.

"Bi..pelan aja.." bisiknya lemas.

Jovan kaya sudah kehabisan tenaga, dia hanya bisa memeluk pinggang Bianca dan membiarkan wanita itu menyesap puting pink mungilnya.

Bianca merasa bahagia, selalunya kalau dia main sama gigolo-gigolo nya, tak pernah sepuas dan sesenang ini, kini dia seolah candu pada tubuh Jovan.

Cowok polos memang yang terbaik.

"Sayang.."

"Mm?"

"Kamu lucu."

Jovan yang memang lagi memejamkan matanya hanya bisa menggigit bibir bawahnya pelan, dengan pipi yang sudah merona merah.

"Apaan sih." bisiknya bergetar.

Kekehan ringan Bianca berikan, lucu banget kan, calon suami Bianca ini memang sangat amat luar biasa sekali.

Mudah merona, lucu, polos, cengeng, manja, lugu, semua yang ada pada Jovan adalah tipe Bianca.

"Sayang kamu banget Jo." gumam Bianca seraya mendusel didada Jovan dan memejamkan matanya, dia senang Jovan meminta pertanggung jawaban padanya kemarin, sekarang dia merasakan sesuatu yang tak pernah dia rasakan.

Yaitu debaran hati yang penuh euforia kebahagiaan.

Jovan sendiri tak percaya pada ucapan Bianca, tapi untuk kali ini dia ingin egois dan mempercayai perkataan Bianca barusan.

"Aku juga sayang kamu, Bi."

Ya, kebahagiaan semu yang membutakan mereka berdua, berdampak buruk dikemudian harinya.

....

3 hari setelahnya, mereka bekerja seperti biasa namun Bianca merasa Abimanyu tak pernah masuk lagi setelah hari dimana dia mengamuk itu.

Jovan merasakan kalau Bianca mulai kecarian Abimanyu, tapi sebisa mungkin Jovan mengalihkan pembicaraan agar Bianca tak mengingat pria gila itu.

"Bi, sarapan dulu sayang."

Jovan hari ini bawa sandwich ayam dan susu coklat dingin, dia sekarang selalu membawakan sarapan serta makan siang untuk Bianca.

Dan untungnya Bianca suka apapun yang Jovan bawa setiap harinya.

"Jo, kira-kira Abim kemana ya? 3 hari dia absen loh."

Raut muka Jovan yang semula berseri, kini terlihat ketus dan kesal.

"Kenapa cariin itu pria gila? Kamu kangen sama dia?" sewot Jovan tak suka.

Dia memang sensitif kalau sudah membahas Abimanyu, kebenciannya pada pria gila itu sudah tak bisa ditahan lagi.

Bianca menggeleng pelan, kenapa Jovan jadi sewot gini sih, kan Bianca cuma tanya doang.

"Bukan gitu, aku bingung aja. Kerjaan dia jadi terbengkalai semua."

"Ya itu urusan dia! Bukan urusan kamu!"

"Kamu kenapa sih? Sewot banget kayanya."

"Kamu tuh nyebelin tau gak! Gausah cari pria gila itu lagi!"

Bianca mendesah pelan, dia terlalu lelah menghadapi mood Jovan yang sangat cepat berubah itu, benar-benar pria moodyan sekali.

"Jovan—"

"Ah udalah, aku mau beli kue aja, izin sebentar."

"Beli dimana?"

"Di Bakery depan lah, kamu kira dimana?"

"Bakery milik pria bernama Zahian itu?"

"Iya, kamu banyak tanya!"

Jovan berjalan cepat keluar dari ruangan Bianca dengan emosi yang masing terombang-ambing.

Jovan akui dia sangat moodyan, tapi gimana lagi, itu sudah keturunan dari orang tuanya yang juga moodyan.

Jovan hanya berharap Bianca tak ilfeel padanya kafena mood Jovan yang aneh ini.

Setelah 15 menit Bianca sibuk dengan berkasnya, tiba-tiba dia dikejutkan dengan dobrakan pintu keras di ruangannya.

"BUK BIANCA! PAK JOVAN JATUH DARI TANGGA BUK! DIA DISERANG SAMA PAK ABIM!"

Bianca tak sempat untuk mematikan komputernya, dia langsung beranjak pergi dari ruangannya.

Berlari, ya, Bianca panik!

Dia segera berlari ke tangga darurat dan turun ke lantai 7 dimana lantai yang baru Jovan turuni.

Ruangan Bianca ada di lantai 13, jadi 15 menit Jovan turun dia baru sampai di lantai 7.

Disana Bianca melihat kerumunan karyawan tengah mengerubungi Jovan yang terkulai lemas, pelipisnya berdarah dan perutnya tertusuk pisau.

"Bi..hiks..sakit.." adunya lirih saat melihat Bianca sampai dengan keadaan yang bercucuran keringat.

Sementara disisi lain, karyawan menahan Abimanyu yang menjerit bak orang kesetanan.

"MATI KAU SIALAN MATI! AHAHHAHAHAHAHA!"

"Bawa dia ke kantor polisi! Apa kalian sudah menelepon ambulance!?"

"Sudah Buk, sebentar lagi sampai."

Bianca mengangguk, dia berlutut disebelah Jovan dan menggenggam tangan pria itu erat.

"Tenang ya sayang..ambulance bentar lagi sampai."

"Hiks..sakit..huhuuu.."

"Iya sayang iya."

Untung semua karyawan sudah tau hubungan Jovan dan Bianca, jadi tak merasa aneh lagi.

👞Bersambung👞

Damn Boss [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang