Kenapa ya, padahal target cuma 200 vote dan 70 komen, tapi gak penuh.
Aku bisa aja up tanpa lihat target, tapi upnya 2 minggu sekali atau 1 minggu sekali nunggu vote dan komen banyak.
Kalian pilih deh, aku up seminggu 1 kali tapi gak pakai target, atau up bisa setiap hari tapi target cuma 200 vote dan 70 komen? Jujur target segitu kecil banget.
Tapi masih ada aja yang protes, lama-lama aku beneran pensi deh, capek.
Dan soal banyak cerita lama aku unpub dan malah fokus ke cerita baru, gimana ya, aku buat cerita baru ya untuk gantiin cerita unpublish.
Jadi kalian maunya gimana?
Sekarang aku tanya kalian maunya kaya mana sih, aku up tiap hari tapi gak pakai target? Enak buat sider dong, gak enak buat aku.
Kayanya gak sampai 100 novel aku dah pensi duluan dari wp.
200 vote dan 70 komen.
Bianca-Jovan
Bianca hari ini mengajak Jovan pergi ke kebun binatang, ya soalnya Jovan merengek terus pengen ke kebun binatang katanya.
Sebenarnya udah sering kesana sama orang tuanya, tapi kan Jovan pengen pergi sama Bianca.
Pagi-pagi dia sudah sibuk masak buat bawaan mereka disana, Jovan gak mau beli makanan diluar karena dia bisa masak jadi makan masakan Jovan aja.
"Sayang, baju aku mana?"
Jovan menoleh, dia melotot melihat Bianca sudah ada dipintu dapur dengan handuk melilit ditubuh indahnya.
"Kamu kenapa gak pake baju sih!?" pekiknya kesal lalu menghampiri Bianca.
Bukan apa ya, masalahnya ada tukang kebun, dia kan gak mau tukang kebun itu ngeliat badan Bianca, cuma Jovan aja yang boleh.
"Ya habisnya kamu gak nyiapin baju aku."
"Kan bisa jerit aja dari kamar."
"Males, serak suara aku nanti."
Jovan menggerutu sebal, dia mengangkat tubuh Bianca dibahunya lalu membawa kembali ke kamar, Bianca mah santai aja dibahu Jovan.
Setelah di kamar, Jovan mendudukan Bianca di kasur lalu segera mencari pakaian Bianca di lemari.
"Kebiasaan banget, kalau cuma kita aja ya gapapa, tapi tadi ada tukang kebun, gimana sih kamu."
Bianca mengorek pelan telinganya lalu mengangguk mendengar omelan Jovan.
"Ya ya ya."
"Denger gak?"
"Denger lah, aku gak budek."
"Kamu jangan ngeyel kalau aku kasih tau."
"Cerewet kamu."
Jovan mendelik, dia melempar kemeja dan celana kendor Bianca ke kasur lalu mendorong Bianca jatuh telentang kebelakang.
Jovan mengukungnya pelan "Kamu ini jangan mancing aku ya."
"Mancing apa? Memang kamu ikan?"
Jovan terkekeh pelan, dia mencium bibir Bianca lembut dan mereka pun mulai main lagi dipagi hari~
.....
"BI LIHAT! ITU GORILLA KAN!?"
Bianca terkekeh pelan, lucu banget sih, kaya anak kecil gitu reaksinya.
"Iya sayang, mau lihat lebih dekat?"
Jovan menggeleng pelan "Gak ah, takut, kita ke kandang buaya aja."
"Yaudah yuk."
Bianca menggenggam lagi tangan Jovan dengan erat, jaga-jaga takutnya Jovan ilang di kerumunan pengunjung.
Mereka berjalan agak keatas guna ke kandang buaya, kandang buayanya itu ada dibagian agak kebawah, kaya sungai buatan berpagar tinggi.
Jovan mulai ragu, banyak pengunjung yang berada disana menonton para buaya dikasih makan, tapi Jovan takut ngeliat buaya-buaya itu begitu gragas.
"Bi, aku takut."
"Takut kenapa?"
Gelengan Jovan berikan "Takut, kayanya gak aman deh."
"Masa sih? Kita kan belum deketin kesana."
Bianca menarik Jovan agar mendekat lagi, mereka melihat buaya-buaya yang tengah dikasih makan.
Tangan Jovan berkeringat, dia mengeratkan genggaman tangannya pada Bianca.
"Ayah, aku mau naik ke Pagar, gak kelihatan."
"Oke, hati-hati ya."
Jovan menggigit bibir bawahnya saat melihat anak kecil dibawah usia 10 tahun itu mulai naik ke pagar pembatas.
Ibunya sibuk menggendong sang adik sementara ayahnya sibuk megangin adiknya yang lain.
Mereka ada 5, ayah ibu lalu 3 anak, anak perempuan yang tadi manjat lalu 2 anak laki-laki yang masih kecil.
"Dek, jangan manjat. Nanti jatuh." tegur Jovan agak gemetar.
"Ah, om berisik. Aku gak bakal jatuh kok."
"Dek jangan git—"
Krieeet.
BYUR!
Kepala Jovan langsung pusing saat melihat tubuh anak perempuan itu jatuh ke sungai penuh buaya setelah pagar yang dia naiki bergerak akibat didorong para pengunjung lain.
"KYAAAAA TOLONG ANAK SAYAAAAA!"
Jovan merasakan tarikan ditangannya, ternyata Bianca menariknya pergi.
Padahal Jovan udah ngeliat badan anak itu tercabik-cabik dan diperebutkan para buaya.
"Jangan dilihat Jo, maaf yah aku maksa."
Jovan tak menjawab, dia terlampau shock dan lemas sampai tak bisa bersuara dan hanya nurut saat Bianca tarik.
Ini diluar ekspetasi, kenapa anak itu harus jatuh, seharusnya Jovan bisa menarik anak itu agar turun dari pagar.
Tapi, semua sudah terlambat.
👞Bersambung👞
![](https://img.wattpad.com/cover/324195687-288-k633315.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn Boss [End]
عاطفيةDameswara paling bejat, jatuh kepada Bianca Dameswara Datuniala. Wanita 26 tahun yang sudah berulang kali berhubungan badan dengan mantan-mantan sekretarisnya. Tapi semua langsung berubah saat sekretarisnya yang baru, bernama Jovan Bayanaka meminta...