👞BiJo-14👞

5.3K 752 96
                                    

Ini lama sih penuh targetnya.

200 vote dan 70 komen.

Bianca-Jovan

Dua bulan masa pemulihan Jovan, dan akhirnya mereka menikah.

Jovan tak mau menunda lagi karena dia takut Bianca ragu pada pernikahan mereka, nyatanya Jovan sudah terlampau mencintai Bianca.

Perasaan itu tumbuh begitu dalam selama Jovan sakit, Bianca begitu lembut dan mampu merawatnya tanpa marah sedikitpun.

Jam 2 malam, mereka baru selesai melakukan kegiatan malam, baru 2 jam tapi Jovan sudah tak sanggup melayani Bianca.

Ini sudah ke 4 kalinya sejak 3 minggu mereka menikah, Jovan selalu ambruk duluan dan tak sanggup memuaskan Bianca.

Awalnya Bianca memaklumi hal itu, tapi dia tetaplah Bianca yang punya napsu besar, dia kira dengan menikah dengan Jovan maka dia hanya perlu bermain dengan Jovan.

Nyatanya Jovan saja tak mampu menghadapi Bianca.

"Bi..aku capek.." lirih Jovan.

Bianca tak bersuara, dia tampak memakai celana panjang dan kemeja biru gelap, Jovan bahkan masih tergeletak ditengah kasur.

"Kamu mau kemana?" tanya Jovan mulai merasa panik saat melihat Bianca meraih kunci mobil.

Bianca melirik Jovan sedikit, lalu melengos.

"Mencari udara segar." ujarnya datar kemudian pergi keluar kamar.

Jovan menggigit bibir bawahnya, dia gelisah dengan nada suara Bianca, Jovan mulai overthinking lagi.

Matanya mulai berkaca-kaca, Jovan pun merasa sikap Bianca agak jadi dingin sejak seminggu lalu, Jovan tak tau apa salahnya.

Pelan, Jovan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan lalu menangis.

"Hiks..aku salah apa Bi..hiks.."

Jovan mulai takut, dia takut Bianca akan membuangnya karena Jovan tak berguna, Jovan takut Bianca memilih mencari pengganti Jovan diluar sana.

Dia takut, kalau Bianca tak puas bersama Jovan.

Jovan sangat takut, ketakutan itu membuat kepala Jovan sakit tak terkira.

Apa yang kurang darinya? Jovan sudah berusaha menjadi suami yang baik dan sesuai kemauan Bianca, Jovan pintar memasak, dia melayani Bianca dengan baik.

Menuruti apapun permintaan Bianca yang bahkan terkadang membuat Jovan merintih kesakitan.

Semua dia lakukan demi Bianca tapi, kali ini apa salahnya?

.....

Bianca baru pulang jam 8 pagi dan posisinya itu Jovan tengah menyiapkan sarapan pagi, melihat Bianca pulang, Jovan langsung berlari menghampirinya.

"Bii, kamu darimana? Kenapa baru pulang jam segini." desaknya khawatir.

Bianca menghela napas pelan, dia mengelus rambut Jovan lalu mengecup bibir pria manis itu.

"Aku cari udara segar."

"Sampai jam 8 pagi?"

"Ya, memang kenapa?"

Jovan tak berkata apapun, tapi matanya menangkap sesuatu dileher Bianca, ada bekas kemerahan.

Jantung Jovan berdegup tak karuan, dia pucat pasi melihat tanda itu.

"Bi..kenapa ada bekas cupang dileher kamu?" tanya nya gemetar, dia menatap Bianca penuh tuntutan.

Bianca tak menjawab, dia berlalu meninggalkan Jovan disana.

"BI! KAMU NGAPAIN AJA SEMALAM HAH!?" jeritnya bergetar, Jovan gak bisa, Jovan gak mau Bianca mencari kepuasan diluar sana.

Bianca berhenti melangkah, dia melirik dari bahunya "Dari awal kamu tau, aku itu punya napsu yang tinggi." ujarnya dingin.

"TAPI KAMU GAK BISA CARI KEPUASAN DILUAR SANA! KAMU UDAH NIKAH SAMA AKU BIANCA!"

"Nikah, karena kamu memaksaku."

"TAPI KAMU YANG BUAT AKU MAKSA KAMU!"

"Ah sudahlah, aku capek."

Jovan menangis pilu disana, dia berjalan cepat mendekati Bianca lalu memeluknya erat.

"Jangan..hiks..jangan cari kepuasan diluar..jangan..hiks..aku gak mau..aku gak suka Bi.."

Bianca tak berkata apapun, dia memang lelah, padahal semalam dia memang keliling kota cari udara segar.

Bekas cupang ini kan buatan Jovan, lupa ya kalau semalam saat Bianca pergi tuh mereka baru selesai main di kamar.

Bianca sengaja, dia mau ngeliat Jovan uring-uringan begitu.

"Udalah, mending siapin air mandi."

"Hiks..jangan cari pria lain..huhuuu."

"Hm."

Jovan melepas pelukannya lalu menarik Bianca ke kursi makan, lalu menangkup wajah wanita-nya lembut.

Tangan Jovan dingin, dan bergetar.

"Kamu..duduk aja ya..biar aku yang siapin semua..hiks..biar aku yang layani kamu, jangan cari pria lain ya..please..cukup aku aja.."

Bianca gemas, tapi dia harus tahan agar tak tersenyum.

"Iya."

Setelahnya Jovan berlari menuju kamar mereka, dia harus intropeksi diri, apa kekurangannya sampai Bianca mencari kepuasan diluar sana.

Jovan harus bisa menyenangkan Bianca, agar dia tak digantikan.

👞Bersambung👞

Yg tadi kok kosong ya, padahal pas aku up itu masih ada isinya loh huhuuu.

Damn Boss [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang