👞BiJo-15👞

5.9K 739 84
                                    

Nahhh up lagi nich.

200 vote dan 70 komen yauw.

Bianca-Jovan

Sejak hari dimana Bianca pulang jam 8 pagi, Jovan berusaha mencari apa kesalahannya dan juga berusaha merawat diri sebaik mungkin.

Semakin bersikap lembut dan patuh pada Bianca agar wanita itu senang, menuruti apapun yang Bianca suruh agar wanita itu tak mencari kesenangan diluar sana.

"Bi, ayo makan siang. Aku udah bawa bekal dari rumah."

Hari ini mereka kerja dan seperti biasa Jovan akan membawa bekal, Jovan bawa 3 jenis bekal.

Sarapan, karena terkadang Bianca sering kelaparan di jam 10 atau jam 11, makan siang, pastinya untuk di jam 1 siang.

Lalu makan sore untuk di jam 5, karena mereka pulang kerja jam 6, lalu makan malam di luar sepulang kerja.

Jovan segera menyiapkan makan siang di meja kaca lumayan besar ditengah ruangan Bianca, pintu sudah dikunci.

Bianca bangkit dan berjalan menuju meja, dia menatap Jovan yang terlihat ceria hari ini, terus tersenyum dan sangat bahagia.

"Tumben kamu cerah banget kaya gini."

"Aku lagi seneng hehehe."

"Seneng kenapa?"

Jovan berhenti menyiapkan bekal, dia segera mendekati Bianca lalu merangkul leher Bianca sampai wanita-nya turut memeluk pinggang Jovan.

"Aku udah beli obat kuat, jadi kalau kita mau main, aku bakal minum itu biar kamu puas. Aku minta maaf ya gak bisa tahan lebih lama sampai kamu jadinya ngerasa kurang..maafin aku.."

Bianca gemas, wajah manis Jovan saat berkata seperti itu, membuat Bianca ingin menggigitnya, seperti kelinci kecil.

"Iya gak papa, kamu berarti gak sanggup ngehadepin napsu aku."

"Ihh aku bisa! Setelah minum obat itu, aku pasti bisa!"

"Kalau gak bisa, aku bakal cari diluar ya,"

"Jangan dong!" Jovan merengek sebal sambil memeluk Bianca erat, menggesekan pangkal pahanya di paha Bianca, mengecupi leher indah sang istri.

"Aku cinta kamu Bi..jangan tinggalin aku.." bisik Jovan lembut.

"Aku juga cinta kamu Jo..tapi aku gak bisa janji gak ninggalin kamu."

"Kenapa gitu?"

"Aku Dameswara Jo, kutukan Dameswara begitu menyeramkan sampai aku saja pasrah pada hidupku sendiri."

Jovan tak menjawab, dia tau seburuk apa kutukan Dameswara, tapi Jovan tak perduli.

Baginya, dia dan Bianca tak akan pernah berpisah.

"Sekarang ayo makan siang."

"Kamu nih, bukannya nyiapin makan siang, malah godain aku."

Jovan hanya tertawa pelan, dia melepas pelukan lalu menarik Bianca agar duduk di sofa, dan langsung menyiapkan makan siang.

Selagi Jovan sibuk, Bianca malah berfantasy ria melihat bentuk tubuh Jovan yang semakin montok sejak menikah.

Pantatnya makin bulat, tubuhnya benar-benar indah.

"Jo.."

"Ya sayang?"

"Kamu, mau gak pakai apron aja, gausah pake baju selain apron."

"Hah? Maksudnya gimana sih?"

"Kamu, lepas baju kamu terus ganti pakai apron, aku pengen lihat kamu nyiapin makanan tapi cuma pake apron, pantat kamu makin bagus, kayanya kamu bakal cantik banget kalau pake apron doang."

Jovan menegakan tubuhnya lalu menatap Bianca, menimang sebentar lalu mengangguk.

"Oke, bentar aku ganti baju dulu."

Dengan segera Jovan berjalan menuju kamar dalam ruangan Bianca, dan melakukan apa yang Bianca minta.

Bianca sendiri menyiapkan kamera ponselnya, harus mengabadikan tumbuh indah sang suami.

Setelah 10 menit, Jovan keluar dari kamar dengan hanya menggunakan apron berwarna pink pucat berenda dibagian dada.

Tubuh Jovan itu putih mulus, jadi saat melihat Jovan hanya mengenakan apron, dia sangat..luar biasa.

"Gimana? Gak jelek kan?" tanya Jovan malu, pipinya sudah semerah buah persik, sangat lucu.

"Suami aku mana mungkin jelek, sini sayang, aku jadi pengen main tapi kamu nya pakai apron aja."

"Iya kita main, tapi makan siang dulu."

Jovan berjalan pelan ke arah meja makan, dia menunduk untuk menyiapkan piring serta nasi, mata Bianca tak hilang fokus pada pantat Jovan.

Begitu indah, ah, Bianca jadi semakin sayang sama Jovan, penurut, patuh, lembut, pintar masak dan dia begitu lucu.

Saat Jovan lagi asik menyiapkan air putih lemon, tiba-tiba.

"Aw!" Jovan berbalik dan melihat Bianca sudah menggigit bahu telanjangnya.

Tatapan Bianca penuh dengan kabut napsu.

"Bi, makan du—"

"Aku mau makan kamu."

"Tapi, Akhh tunggu!"

Jovan tak bisa melepaskan diri dari gendongan Bianca, dia pasrah bila digempur sampai berjam-jam lagi.

Yang penting Bianca bahagia.

👞Bersambung👞

Damn Boss [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang