👞BiJo-11👞

6.8K 785 79
                                    

Wow, penuh target horeeee.

Ayo tembuskan target, 200 vote dan 70 komen yaaa.

Bianca-Jovan

Bianca tertawa pelan saat melihat isi kotak yang Jovan bawa di depan apartemen nya, Jovan tadi bilang dia gak sempat balik ke kantor jadi gantinya dia akan ke apartemen Bianca.

"Hebat banget kamu ya, tau aja aku suka kue red velvet."

Jovan tersenyum malu, dia menunduk malu dengan pipi yang sudah merona merah.

Pelan Jovan masuk ke dalam apartemen Bianca lalu berjalan menuju meja di ruang tamu, duduk perlahan di sofa dengan kedua tangan dipaha.

"Kamu bawa itu aja?" tanya Bianca.

Jovan mengangguk "Ada 1 kado lagi, tapi kamu makan kue buatan aku dulu, oke?"

"Baiklah, ayo potongkan."

Harusnya Jovan menolak saat Bianca meminta Jovan untuk memotong kue, tapi sepertinya kini Jovan memang sudah menjadi pihak bawah yang harus patuh dan nurut pada perkataan Bianca.

Dengan telaten dan rapi, Jovan memotong kuenya lalu memindahkan ke piring kecil yang Bianca siapkan.

"Ini, baca doa dulu ya."

"Haha oke Jo."

Bianca memejamkan matanya sejenak untuk berdoa di dalam hati, baru setelahnya menyendokan kue tadi dan mengarahkannya pada Jovan.

"Kue pertama untuk kamu, Jovan."

Suara Bianca lembut dan sangat hangat, Jovan sampai merona kembali dibuatnya, digigitnya bibir bawahnya pelan lalu membuka mulutnya.

Merasakan potongan kue yang dia buat tadi "Enak?"

"Ng..enak.."

Bianca tertawa pelan, dia memakan kue buatan Jovan dan menikmatinya, lembut dan rasanya tak terlalu manis, ternyata Jovan ini pintar dalam urusan dapur.

Jovan terlihat bahagia saat Bianca menerima dan memakan kue buatannya, tak sia-sia Jovan berkutat berjam-jam di dapur tadi.

Setelah selesai dengan kue, kini Jovan terlihat gugup.

"Kenapa Jo?"

"Aku mau kasih kado."

"Kado apa?"

Jovan mengeluarkan kotak kecil dari kantong celana nya dan memberikannya pada Bianca, terlihat malu-malu.

"Aku tadi ngeliat itu pas mau lewat ke apart kamu, semoga kamu suka ya." cicitnya malu.

Bianca tertawa pelan, manis banget sih.

Bianca menerima kotak tadi lalu membukanya, ternyata sebuah jam tangan berwarna hitam kilat dan bertabur berlian kecil dipinggirannya.

"I-itu murah..maaf yah.."

"Gak papa, ini bagus kok. Aku gak penting sama harganya, tolong pasangkan ya."

Jovan membantu Bianca memakai jam tangan tadi, setelah selesai Bianca menarik Jovan untuk duduk dipaha Bianca.

Tangan Jovan reflek memeluk leher Bianca dan menatapnya gugup, wajahnya sudah merah padam.

"Aku mau kadonya, kamu."

"A-ah? Maksudnya apa.." lirih Jovan sangat malu.

Bianca mencium leher Jovan dengan lembut dan penuh perasaan, tangannya memeluk pinggang Jovan erat dan mengelus pinggangnya.

"Umhh.."

Rasanya Jovan bisa gila kalau terus mendapatkan sentuhan ini.

"B-bianca..."

"Ya?"

"A-aku mau..itu.."

"Mau apa, sayang?"

"Mau kamu..di..kamar..mhh..boleh?"

Bianca tersenyum gemas, dengan mudahnya dia mengangkat tubuh Jovan, pria itu spontan melingkarkan kakinya dipinggang Bianca.

"Boleh sayang, ayo kita ke kamar."

Jovan merasa seperti jalang, tapi entah setan darimana dia menginginkan sentuhan lebih dari Bianca.

Hanya Bianca, sepertinya Jovan sudah kecanduan sama sentuhan Bianca.

Sementara di apartemen Abimanyu, dia menghancurkan seisi kamarnya dan menjerit kuat, rasanya dia bisa gila jika hal ini terus terjadi pada dirinya.

"Ha..HAHAHAHAHAH PRIA RENDAHAN ITU MEREBUT WANITAKU! AKHH! BANGSAT!"

Abimanyu tertawa keras, dia harus menyingkirkan Jovan, dia harus membunuh Jovan agar pria itu hilang dari sisi Bianca.

Tawa Abimanyu mengerikan dan menggema di kamar, dia menatap jelas foto Bianca yang ada di kamarnya lalu menciumnya.

"Bianca adalah milik aku~"

Sedari awal itu, Bianca hanya milik Abimanyu, Jovan hanya orang baru yang tak pantas disisi Bianca.

14 tahun mereka bersama, masa harus hancur karena pria yang baru masuk ke kehidupan Bianca.

Seringai lebar Abimanyu berikan, Jovan itu lemah, dia pasti tak akan bisa melindungi Bianca seperti Abimanyu melindungi nya.

"Kau harus mati, Jovan, mati dan pergi dari sisi Bianca-ku."

Abimanyu memang sudah gila, Bianca sudah tau itu dan kini Abimanyu tak perlu menutupi hal itu.

👞Bersambung👞

Damn Boss [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang